BY : VINNA
PATRIANA
Pagi itu seperti biasa tepat pukul 05.00 aku
berjalan menuju sebuah taman, keadaannya masih agak sepi. Hanya terdengar suara
kokok ayam dan kicauan burung..
Aku pun berjalan menuju sebuah kursi disanalah biasanya aku menjajakan daganganku.
Setiap hari sebelum aku pergi ke kampus, aku membantu ibu ku yang telah renta untuk berjualan gorengan, hitung-hitung untuk membantu biaya kuliah ku sendiri, sedangkan untuk makan kami hanya mengandalkan uang bulanan pensiunan alm ayahku yang dulunya bekerja sebagai pengantar surat.
Aku tak pernah menyesali dengan keadaan ini. Semua ku lanjutkan dengan semangat dan tekadku untuk mencapai cita-cita pun semakin membara.
Itu semua kulakukan demi kebahagian kami. Terutama kebahagian alm ayahku dan juga ibuku.
Amin semoga aku bisa. (Tekadku dalam hati)
Aku pun berjalan menuju sebuah kursi disanalah biasanya aku menjajakan daganganku.
Setiap hari sebelum aku pergi ke kampus, aku membantu ibu ku yang telah renta untuk berjualan gorengan, hitung-hitung untuk membantu biaya kuliah ku sendiri, sedangkan untuk makan kami hanya mengandalkan uang bulanan pensiunan alm ayahku yang dulunya bekerja sebagai pengantar surat.
Aku tak pernah menyesali dengan keadaan ini. Semua ku lanjutkan dengan semangat dan tekadku untuk mencapai cita-cita pun semakin membara.
Itu semua kulakukan demi kebahagian kami. Terutama kebahagian alm ayahku dan juga ibuku.
Amin semoga aku bisa. (Tekadku dalam hati)
“Gorengannya dibungkus semua yah” seperti biasa
ucap seorang lelaki yang tidak begitu jelas karena keadaan yang masih begitu
gelap setiap harinya
“Oh iya sebentar yah ” jawabku segera.
Dengan cepat aku membungkuskan semua gorengan yang ada di nampanku.
“Ini semuanya 48 ribu mas” ucapku sembari menyodorkan bungkusan itu.
“Ini semuanya 48 ribu mas” ucapku sembari menyodorkan bungkusan itu.
“Ini uangnya, kembaliannya di simpan saja buat kamu, terimakasih yah” jawabnya ramah
“Tapi mas.. ini uangnya...”
ucapanku terhenti setelah aku mngetahui bahwa lelaki dihadapanku telah pergi, entah kemana menghilangnya?
Alhamdulillah rezeki subuhmu ya allah..
ucapku dalam hati sambil berfikir siapa sosok lelaki itu, yang akhir-akhir ini selalu membeli habis daganganku.
ucapanku terhenti setelah aku mngetahui bahwa lelaki dihadapanku telah pergi, entah kemana menghilangnya?
Alhamdulillah rezeki subuhmu ya allah..
ucapku dalam hati sambil berfikir siapa sosok lelaki itu, yang akhir-akhir ini selalu membeli habis daganganku.
Keadaan msih menunjukan pukul 06.30. Sedangkan ak
msuk ke kampus itu pukul 9 nanti.Kuputuskan untuk pulang ke rumah untuk sekedar
membereskan rumah dan membantu ibu untuk mencuci pakaian.
Setelah sampai dirumah aku
mendapati rumah dalam keadaan sepi, pintu rumah pun dalam keadaan terbuka,
Ada apa ini?
pikirku cemas..
Ada apa ini?
pikirku cemas..
“Neng Melati.. ibunya sih eneng masuk rumah sakit.
Tadi ia didapati oleh tetangga dalam keadaan pingsan” Ucap mang amat
“Apa? Sekarang ibu ada di rumah sakit mana mang?”
tanyaku begitu khawatir.
“Mari neng mamang antarkan kesana” tawar mang amat
“Iy mang” jawabku seadanya.
Setelah sampai di rumah sakit aku langsung menuju
ke ruangan dimana ibu sedang dirawat.
Di ruangan itu kudapati sesosok wanita yang terlihat begitu pucat dan
terbaring lemah.
“Ibu?” Panggil ku sambil menangis
“Sudah tenanglah sebentar, ibu kamu keadaannya
baik-baik saja begitu kata dokter tadi” ucap seorang laki-laki
Mungkin dia orang yang telah menolong ibuku tadi. Pikirku sejenak.
Aku
pun hanya terdiam memandangi ibu, fikiranku tak karuan. Apa yang harus aku
lakukan?
aku ingin ibuku cepat sembuh, tapi apa daya kami tak mempunyai cukup biaya untuk itu.
aku ingin ibuku cepat sembuh, tapi apa daya kami tak mempunyai cukup biaya untuk itu.
Lalu seorang laki-laki yang berada disamping
ku tadi keluar ruangan, ntah apa yang akan dia lakukan aku tak begitu
menghiraukanya.
Setelah
15 menit ia pun kembali.
Ia pun mengajaku untuk keluar dari ruangan ibu.
Ia pun mengajaku untuk keluar dari ruangan ibu.
Aku pun mengerti, sepertinya ada hal penting yang akan ia katakan kepadaku.
“Kamu jangan cemas lagi yah Melati, uang
administrasi pembiayaan rumah sakit ibumu sudah aku lunasi, aku harap kamu jangan
cemas memikirkan hal itu lagi yah?”
Ucapnya lembut.
“Kamu siapa? Kenapa kamu mau membiayai
administrasi rumah sakit ibuku? Ada hubungan keluarga kah kita?”
Tanyaku segera
“Membantu orang itu tidak tergantung dia keluarga
apa bukan, siapa dia, apa jabatan dia, cantik atau jelekah dia. Aku menolongmu
karena aku hanya ingin meringankan beban keluargamu. Aku ikhlas !!” tuturnya.
Aku
terdiam mendengarkan penjelasanya. Aku tertegun, hatiku bertanya siapakah dia yang
begitu baik terhadap keluargaku?
Seperti mendengar ucapanku dalam hati,lalu ia berkata :
“Namaku Ardhi, aku tinggal di komplek indah tidak
jauh dari rumahmu dan aku juga kuliah di
universitas yang sama seperti kamu. Tetapi kita hanya berbeda jurusan”
Sepertinya
dia begitu mengenaliku dan keluargaku dengan dekat.
Aku pun turut memperkenalkan diri
“Namaku Melati” ucapku singkat.
“Mel, kamu ada mata kuliah gak hari ini?” tanya Ardhi
“Iya ada jam 9 nanti, spertinya aku gak bisa
kuliah dulu hari ini soalnya aku mau jaga’in ibu ku di rumah sakit” jawabku
segera
“Sebaiknya kamu kuliah saja kan mata kuliah kamu
hari ini ada diskusi, setelah selesai aku bakalan nganter kamu balik lagi
kesini gimana? Lagian kan disini ada suster juga yang bakalan jagain ibu kamu ”
tutur Ardhi
Aku
semakin bertanya tanya di dalam hati, kenapa dia begitu mengenali kehidupanku,
aktivitasku, dan juga lingkunganku?
Seribu tanya di otakku tertuju kepada sosok lelaki tampan di hadapan ku ini!
Seribu tanya di otakku tertuju kepada sosok lelaki tampan di hadapan ku ini!
Aku pun langsung meng iyakan apa yang ia tawarkan.
Kami pun langsung menuju salah satu universitas terbuka di jakarta dimana
tempat kami menuntut ilmu.
Kami
pun langsung menuju ruangan msing-masing dan akhirnya aku pun mengetahui bahwa ia
mengambil jurusan kedokteran, sedangkan aku sendiri hanya mengambil jurusan
akademi keperawatan.
Tepat
jam ditanganku menunjukan pukul 11 siang dan kami pun bertemu di kantin lantai
dasar kampus sebagaimana perjanjian kami tadi.
Ia
membawa beberapa bungkusan untuk di bawa ke rumah sakit, dan kami pun langsung
menuju rumah sakit dimana ibu dirawat.
Aku
bergegas menaiki tangga, agar dengan cepat aku bisa melihat ibu.
Ternyata setelah aku menemukan ibu diruangan, tampak ia telah terbangun dari tidur sejenaknya.
”Ibu sudah siuman? Gimana keadaan ibu?” tanyaku kepada ibu
Ternyata setelah aku menemukan ibu diruangan, tampak ia telah terbangun dari tidur sejenaknya.
”Ibu sudah siuman? Gimana keadaan ibu?” tanyaku kepada ibu
”Iya nak ibu sudah siuman, alhamdulillah ibu
baik-baik saja nak. Ini siapa nak?” tanya ibu mengenai Ardhi
“Ini
Ardhi bu, dia satu kampus sama Melati, dia juga yang sudah membawa ibu ke rumah
sakit ini ”
”Oh, terimakasih banyak yah nak sudah menolong kami, untung saja ada kamu”
“Iy
bu sama-sama itulah gunanya bertetangga, harus saling tolong menolong” tutur
Ardhi
“Oh
iya Mel, mari kita makan dulu, hari sudah siang. Tadi aku sudah beliin makanan
buat kita makan siang ini” ajak Ardhi
“Yaudah
aku siapin piringnya dulu yah Dhi”
Setelah selesai makan, aku, ibu dan Ardhi pun
saling berbincang.
Ternyata ia begitu mengenal aku maupun kehidupan ku itu, dari seorang
kakeknya yang dulunya teman akrab kakekku.
Setelah
lama berbincang, ibu menyuruh ku untuk mengambil baju. Krena aku akan menemani
ibu di rumah sakit malam ini,
dengan diantar Ardhi aku pun dapat mengambil baju gantiku untuk malam ini dan untuk kuliahku besok..
Malam itu aku begitu lelap tertidur di dekat ibu, begitupun ibu yang juga terlelap akan tidurnya..
dengan diantar Ardhi aku pun dapat mengambil baju gantiku untuk malam ini dan untuk kuliahku besok..
Malam itu aku begitu lelap tertidur di dekat ibu, begitupun ibu yang juga terlelap akan tidurnya..
Pukul
2 siang Ardhi sudah ada di rumah sakit dimana tempat ibuku dirawat, karena hari
ini kami dapat kabar bahwa ibu sudah bisa pulang karena keadaan ibu sudah cukup
membaik. Mendengar hal itu aku langsung memberi tau Ardhi dan dia pun langsung
bergegas menuju ke rumah sakit.
Setelah
selesai mengantar kami, Ardhi pun pamit karena ia ada mata kuliah hari ini,
sedangkan aku tidak dapat kuliah hari ini. Karena di rumah tidak ada yang bisa
menjaga ibu selain aku..
Keesokan harinya aku pun terbangun di fajar yang begitu menyingsing. Kubuka jendela pagi, segar kurasakan hawa pagi itu, tetesan embun pun masih dapat dirasakan diantara ranting2 dedaunan.
Aku pun langsung menuju dapur untuk mempersiapkan dagangan ku.
Keesokan harinya aku pun terbangun di fajar yang begitu menyingsing. Kubuka jendela pagi, segar kurasakan hawa pagi itu, tetesan embun pun masih dapat dirasakan diantara ranting2 dedaunan.
Aku pun langsung menuju dapur untuk mempersiapkan dagangan ku.
Setelah
siap, seperti hari biasanya tepat pukul 05.00 aku pun bergegas menuju taman
dimana tempat biasanya aku berjualan.
Nampak bayangan seseorang di antara pepohonan itu, tetapi tak ada rasa takut sedikitpun menyelimutiku.
Perlahan bayangan itu pun menghampiri dimana tempat aku sedang berjualan.
Nampak bayangan seseorang di antara pepohonan itu, tetapi tak ada rasa takut sedikitpun menyelimutiku.
Perlahan bayangan itu pun menghampiri dimana tempat aku sedang berjualan.
”Gorenganya dibungkus semua yah?” ucap seseorang
dihadapanku
“Iy
tunggu sebentar” ucapku ramah
”Ini gorenganya semuanya 48 ribu?”
“Ini
uangnya ? sisanya ambil saja” ucapan yang benar-benar sudah tidak asing lagi di
telingaku.
Dengan
segera aku langsung memberi uang kembalian kepada orang itu, dengan sigap
kutarik tanganya agar dia tidak dapat mengelak saat ditanya lagi.
“Ouch,
sakit Mel” rintih orang itu
sepertinya aku mengenali suara itu?
”Ardhi? Apakah kamu?” tanyaku segera
sepertinya aku mengenali suara itu?
”Ardhi? Apakah kamu?” tanyaku segera
”Iy Mel, ini ak, duh koq pakek acara penganiayaan segala sih?”
“Duh, sorry Dhi, kamu sih tiap hari suka gitu. Aku kan penasaran” gerutuku
“Iy.iy maaf dech Mel” ucap
Ardhi sambil memelas
“Kenapa tiap hari kamu
selalu membeli habis daganganku? Aku bener-bener gak ngerti apa mau kamu
terhadap aku maupun keluarga aku?” tanyaku tegas
“Dari awal aku denger
cerita dari kakekku aku begitu penasaran terhadap sosok diri kamu dan keluarga
kamu.
Pertama aku ngeliat kamu, kamu itu sosok perempuan yang begitu anggun dengan kerudung yang menutupi auratmu itu. Begitu menyejukan hati,
tutur kata yg lembut, terlebih lagi kerja keras kamu buat bantu ibu kamu itu yang begitu jarang dilakukan oleh anak remaja sekarang.
Pertama aku ngeliat kamu, kamu itu sosok perempuan yang begitu anggun dengan kerudung yang menutupi auratmu itu. Begitu menyejukan hati,
tutur kata yg lembut, terlebih lagi kerja keras kamu buat bantu ibu kamu itu yang begitu jarang dilakukan oleh anak remaja sekarang.
“Terimakasih atas
pujiannya, maaf aku harus bergegas pulang sekarang” jawabku segera.
“Tunggu Mel, aku janji
apabila aku sudah berhasil menuntaskan kuliahku, aku akan datang pada orang
tuamu” teriak Ardhi dengan penuh keyakinan.
“Assalamualaikum” jawabku
setengah berlari dan meninggalkanya
Dari
pertemuan itu, semakin hari semakin aku menghindari Ardhi. Ntah apa yang
membuat aku begitu, aku pun tidak tau. Tetapi ia tetap datang ke rumah ku. Ntah
ia hanya ingin menjenguk ibu ataupun hanya ingin menanyakan tugas kepadaku.
Setelah setahun, tanpa komunikasi yang lancar.
suatu malam yang merupakan hari ulang tahun ku yg ke 22 tahun.
suatu malam yang merupakan hari ulang tahun ku yg ke 22 tahun.
Aku
hanya berdiam diri di kamar sambil mendengarkan radio.
Tiba-tiba ibu mengetok pintu dan masuk.
Ibu mengatakan bahwa ada Ardhi di depan.
Ibu mengatakan bahwa ada Ardhi di depan.
Dengan malas aku ke depan untuk menemui Ardhi.
“Selamat ulang tahun Mel, semoga apa yang kamu inginkan dapat terwujud” ucap Ardhi
“Selamat ulang tahun Mel, semoga apa yang kamu inginkan dapat terwujud” ucap Ardhi
“Iy makasih Dhi atas do’anya”
sembari senyum aku berucap
“Ini Mel, aku ada sedikit
kenang-kenangan buat kamu. Siapa tau kamu membutuhkannya. Anggap saja hadiah
kecil dariku” ucap Ardhi sembari menyodorkan bingkisan
“Apa ini Dhi?” tanyaku
penasaran
“Ntar aja yah kamu bukanya,
sekarang ganti baju gih? Kita keliling kota Jakarta. Ada something yang mau aku
tunjukin ke kamu” ucap Ardhi sembari tersenyum
“Tapi mau kemana? Ntar aku
gak boleh keluar lagi sama ibu. Ini kan udah malem” jawabku bingung
“Ehmz.. ibu sich
boleh-boleh saja. Asalkan pulangnya jangan kemalaman. Ibu percaya kok sama nak
Ardhi” jawab ibu yang tiba-tiba saja
datang dari dapur
“Yasudah kalau begitu aku
ganti baju dulu yah Dhi?”
“OKE!!” jawab Ardhi
Setelah
dalam perjalanan akhirnya kami berhenti di sebuah danau yang begitu indah, di
sekeliling danau tersebut diberi cahaya lampu berwarna-warni menambah eloknya
danau tersebut.
“Waw indah sekali danau
ini.” Ucapku terkagum-kagum
“Yah disinilah tempat
dimana aku ingin menghilangkan penat duniawi yang begitu mencekik. Makanya di
hari special kamu aku bawa kamu kesini supaya kamu dapat menghilangkan
kepenatan sehari-harimu.” Jawab Ardhi tenang.
“Makasih banyak yah Dhi,
aku jadi ngerasa gak enak udah ngejauh dari kamu selama ini. Maafin aku yah?”
ucapku
“Iya aku maafin, aku juga
mau ngucapin makasih ke kamu, karena kamu udah membuat aku berubah dan membuat
aku begitu yakin untuk mencapai cita-cita ku. Seperti apa yang aku janjikan
dulu ke alm kakekku.” Tuturnya
“Tapi aku gak merasa buat
kamu berubah untuk itu Dhi, kenapa kamu mau bilang makasih ke aku?’ tanyaku
“Saat
mengenal dan mendekati kamu itu adalah hal yang membuat aku berubah dari buruk
menjadi seperti ini, merubah pemikiran ku dalam sekejapm, untuk berusaha
menggapai cita-cita yang telah lama aku inginkan. Kamu mempunyai peran penting
dalam hidupku dan masa depan ku Mel”
“Aku bingung Dhi?” jawabku
singkat
“Sepertinya aku suka sama
kamu Mel, kalau kamupun begitu, besok temui aku di gedung aula universitas
kita. Besok aku menyelesaikan untuk gelar kedokteran ku. Aku harap kamu datang
ke acara itu. Karena kamu lah yang mampu membius aku untuk mewujudkan itu
semua” ucap Ardhi tegas
Aku hanya bisa terdiam mendengar itu, perasaanku
campur aduk, ntah apa yang aku lakukan untuk besok, aku sangat bingung!
“Mel, coba lihat ke atas
deh” tawar Ardhi
Aku
pun langsung menuruti apa yang ia bicarakan, tiba-tiba di awan bergemuruh suara
petasan. Diantara petasan itu aku melihat adanya tulisan yang bertuliskan HAPPY
BIRTHDAY MELATI.
Aku berdecak kagum dengan semua itu.
“Mel, coba kamu lihat ke
Danau sekarang?”
Aku pun langsung melihat di danau, ntah kejutan
apa lagi yang akan menghampiri aku.
Di
danau itu aku melihat banyak lilin yang di tebar, dan ada yang bertuliskan
I LOVE YOU. Sungguh indahnya malam itu, tak pernah terbayangkan aku akan
mendapatkan semua itu, apa lagi dari seorang lelaki yang baru aku kenal
Jam pun sudah menunjukan
pukul 21.00 kami pun pulang, Ardhi sangat patuh terhadap apa yang ibu pesankan
kepadanya untuk tidak pulang terlalu malam.
(diambang pintu)
“Makasih Dhi buat malem ini, makasih buat seluruhnya. Aku begitu bahagia”
ucapku ketika kami sampai di rumah
“Iya sama-sama Mel, mari
Mel aku pamit pulang dulu yah.”
“Iya Dhi”
Keesokan harinya aku
dilanda kebingungan, jam telah menunjukan pukul 8 dimana acara wisuda Ardhi
telah dimulai. Lalu ibu pun masuk kamar dan memberikan solusi untukku. Apabila
kamu juga menyukainya Datanglah nak, dan apabila kau tidak menyukainya Tetaplah
disini.
Aku memutuskan untuk
datang di acara itu, karena aku tidak bisa membohongi perasaan ku, Bahwa aku
juga menyukainya.
(Setiba di kampus)
“Mel, kamu datang?” ucap Ardhi tak percaya
“Iya Dhi aku datang”
ucapku.
Kebahagiaan
yang tak terkira menghampirinya. Seminggu mendatang aku pun menyelesaikan
kuliahku. Aku dan Ardhi pun di tugaskan di rumah sakit yang sama,dan aku pun
tidak lagi menjajakan daganganku di setiap pagiku. Alhamdulillah semuanya telah
membaik, buah hasil kerjaku selama ini.
11-03-18 aku pun dinikahi
oleh Ardhi, dengan suasana diselimuti haru antara keluarga dan kebahagian pun
terpancar jelas di mata kami. Hari dimana aku dan Ardhi bersatu. Sungguh tak
terbayang di kepala ku akan kebahagiaan bertubi-tubi ini. Ku ucapkan syukur
kepadamu ya allah karena aku dapat mewujudkan apa yang aku inginkan selama
ini,dan aku pun dapat membuat ibuku menangis haru atas semua ini. Karena itulah
tujuan hidupku selama ini.
Tiba suatu hari aku ingin
sekali ke taman dimana aku selalu menjajakan daganganku dahulu, dan dimana
Ardhi yang setiap harinya rela membeli habis daganganku, hari itu aku mengajak
Ardhi ke taman itu untuk membagi-bagikan gorengan yang telah kami buat sendiri.
Tepat pukul lima kami menuju taman itu, setelah kami membagi-bagikan gorengan
itu kami saling bernostalgia akan kenang-kenangan kami dahulu.
“Melati, kau lah Jelita di Pagi Buta yang telah
merubah hidupku karena kesederhanaanmu, kau lah perempuan yang mampu membius ku
untuk menggapai cita-citaku dan aku pun dapat mewujudkan apa yang
dicita-citakan oleh kakekku. Terima kasih atass semua itu !!
Kau lah penerang jalanku dan
keseharianku.
(ucap Ardhi dalam hati)
No comments:
Post a Comment