Terima Kasih Telah Berkunjung di Blog Vinna Patriana Salam Literasi Diagonal Select - Hello Kitty 2

Friday, October 12, 2012

SANG JELITA DI PAGI BUTA





BY : VINNA PATRIANA



Pagi itu seperti biasa tepat pukul 05.00 aku berjalan menuju sebuah taman, keadaannya masih agak sepi. Hanya terdengar suara kokok ayam dan kicauan burung..

            Aku pun berjalan menuju sebuah kursi disanalah biasanya aku menjajakan daganganku.
Setiap hari sebelum aku pergi ke kampus, aku membantu ibu ku yang telah renta untuk berjualan gorengan, hitung-hitung untuk membantu biaya kuliah ku sendiri, sedangkan untuk makan kami hanya mengandalkan uang bulanan pensiunan alm ayahku yang dulunya bekerja sebagai pengantar surat.

            Aku tak pernah menyesali dengan keadaan ini. Semua ku lanjutkan dengan semangat dan tekadku untuk mencapai cita-cita pun semakin membara.
            Itu semua kulakukan demi kebahagian kami. Terutama kebahagian alm ayahku dan juga ibuku.
Amin semoga aku  bisa. (Tekadku dalam hati)


“Gorengannya dibungkus semua yah” seperti biasa ucap seorang lelaki yang tidak begitu jelas karena keadaan yang masih begitu gelap setiap harinya

“Oh iya sebentar yah ” jawabku segera.
Dengan cepat aku membungkuskan semua gorengan yang ada di nampanku.

            “Ini semuanya 48 ribu mas” ucapku sembari menyodorkan bungkusan itu.

            “Ini uangnya, kembaliannya di simpan saja buat kamu, terimakasih yah” jawabnya ramah

“Tapi mas.. ini uangnya...”
ucapanku terhenti setelah aku mngetahui bahwa lelaki dihadapanku telah pergi, entah kemana menghilangnya?

            Alhamdulillah rezeki subuhmu ya allah..
ucapku dalam hati sambil berfikir siapa sosok lelaki itu, yang akhir-akhir ini selalu membeli habis daganganku.
Keadaan msih menunjukan pukul 06.30. Sedangkan ak msuk ke kampus itu pukul 9 nanti.Kuputuskan untuk pulang ke rumah untuk sekedar membereskan rumah dan membantu ibu untuk mencuci pakaian.


            Setelah sampai dirumah aku mendapati rumah dalam keadaan sepi, pintu rumah pun dalam keadaan terbuka,
Ada apa ini?
pikirku cemas..

“Neng Melati.. ibunya sih eneng masuk rumah sakit. Tadi ia didapati oleh tetangga dalam keadaan pingsan” Ucap mang amat

“Apa? Sekarang ibu ada di rumah sakit mana mang?” tanyaku begitu khawatir.

“Mari neng mamang antarkan kesana” tawar mang amat

“Iy mang” jawabku seadanya.

Setelah sampai di rumah sakit aku langsung menuju ke ruangan dimana ibu sedang dirawat.
Di ruangan itu kudapati sesosok wanita yang terlihat begitu pucat dan terbaring lemah.

“Ibu?” Panggil ku sambil menangis

“Sudah tenanglah sebentar, ibu kamu keadaannya baik-baik saja begitu kata dokter tadi” ucap seorang laki-laki

Mungkin dia orang yang telah menolong ibuku tadi. Pikirku sejenak.

            Aku pun hanya terdiam memandangi ibu, fikiranku tak karuan. Apa yang harus aku lakukan?
aku ingin ibuku cepat sembuh, tapi apa daya kami tak mempunyai cukup biaya untuk itu.

             Lalu seorang laki-laki yang berada disamping ku tadi keluar ruangan, ntah apa yang akan dia lakukan aku tak begitu menghiraukanya.

            Setelah 15 menit ia pun kembali.
Ia pun mengajaku untuk keluar dari ruangan ibu.
Aku pun mengerti, sepertinya ada hal penting yang akan ia katakan kepadaku.

“Kamu jangan cemas lagi yah Melati, uang administrasi pembiayaan rumah sakit ibumu sudah aku lunasi, aku harap kamu jangan cemas memikirkan hal itu lagi yah?”  Ucapnya lembut.

“Kamu siapa? Kenapa kamu mau membiayai administrasi rumah sakit ibuku? Ada hubungan keluarga kah kita?”
Tanyaku segera
“Membantu orang itu tidak tergantung dia keluarga apa bukan, siapa dia, apa jabatan dia, cantik atau jelekah dia. Aku menolongmu karena aku hanya ingin meringankan beban keluargamu. Aku ikhlas !!” tuturnya.

            Aku terdiam mendengarkan penjelasanya. Aku tertegun, hatiku bertanya siapakah dia yang begitu baik terhadap keluargaku?

Seperti mendengar ucapanku dalam hati,lalu ia berkata :

“Namaku Ardhi, aku tinggal di komplek indah tidak jauh dari rumahmu dan aku  juga kuliah di universitas yang sama seperti kamu. Tetapi kita hanya berbeda jurusan”

            Sepertinya dia begitu mengenaliku dan keluargaku dengan dekat.
Aku pun turut memperkenalkan diri

“Namaku Melati” ucapku singkat.

“Mel, kamu ada mata kuliah gak hari ini?” tanya Ardhi

“Iya ada jam 9 nanti, spertinya aku gak bisa kuliah dulu hari ini soalnya aku mau jaga’in ibu ku di rumah sakit” jawabku segera

“Sebaiknya kamu kuliah saja kan mata kuliah kamu hari ini ada diskusi, setelah selesai aku bakalan nganter kamu balik lagi kesini gimana? Lagian kan disini ada suster juga yang bakalan jagain ibu kamu ” tutur Ardhi

            Aku semakin bertanya tanya di dalam hati, kenapa dia begitu mengenali kehidupanku, aktivitasku, dan juga lingkunganku?
Seribu tanya di otakku tertuju kepada sosok lelaki tampan di hadapan ku ini!
Aku pun langsung meng iyakan apa yang ia tawarkan.
Kami pun langsung menuju salah satu universitas terbuka di jakarta dimana tempat kami menuntut ilmu.

            Kami pun langsung menuju ruangan msing-masing dan akhirnya aku pun mengetahui bahwa ia mengambil jurusan kedokteran, sedangkan aku sendiri hanya mengambil jurusan akademi keperawatan.

            Tepat jam ditanganku menunjukan pukul 11 siang dan kami pun bertemu di kantin lantai dasar kampus sebagaimana perjanjian kami tadi.

            Ia membawa beberapa bungkusan untuk di bawa ke rumah sakit, dan kami pun langsung menuju rumah sakit dimana ibu dirawat.

            Aku bergegas menaiki tangga, agar dengan cepat aku bisa melihat ibu.
Ternyata setelah aku menemukan ibu diruangan, tampak ia telah terbangun dari
tidur sejenaknya.

            ”Ibu sudah siuman? Gimana keadaan ibu?” tanyaku kepada ibu
”Iya nak ibu sudah siuman, alhamdulillah ibu baik-baik saja nak. Ini siapa nak?” tanya ibu mengenai Ardhi

            “Ini Ardhi bu, dia satu kampus sama Melati, dia juga yang sudah membawa ibu ke rumah sakit ini ”

            ”Oh, terimakasih banyak yah nak sudah menolong kami, untung saja ada kamu”

            “Iy bu sama-sama itulah gunanya bertetangga, harus saling tolong menolong” tutur Ardhi

            “Oh iya Mel, mari kita makan dulu, hari sudah siang. Tadi aku sudah beliin makanan buat kita makan siang ini” ajak Ardhi

            “Yaudah aku siapin piringnya dulu yah Dhi”

Setelah selesai makan, aku, ibu dan Ardhi pun saling berbincang.
Ternyata ia begitu mengenal aku maupun kehidupan ku itu, dari seorang kakeknya yang dulunya teman akrab kakekku.

            Setelah lama berbincang, ibu menyuruh ku untuk mengambil baju. Krena aku akan menemani ibu di rumah sakit malam ini,
dengan diantar Ardhi aku pun dapat mengambil baju gantiku untuk malam ini dan untuk kuliahku besok..

            Malam itu aku begitu lelap tertidur di dekat ibu, begitupun ibu yang juga terlelap akan tidurnya..

            Pukul 2 siang Ardhi sudah ada di rumah sakit dimana tempat ibuku dirawat, karena hari ini kami dapat kabar bahwa ibu sudah bisa pulang karena keadaan ibu sudah cukup membaik. Mendengar hal itu aku langsung memberi tau Ardhi dan dia pun langsung bergegas menuju ke rumah sakit.

            Setelah selesai mengantar kami, Ardhi pun pamit karena ia ada mata kuliah hari ini, sedangkan aku tidak dapat kuliah hari ini. Karena di rumah tidak ada yang bisa menjaga ibu selain aku..

            Keesokan harinya aku pun terbangun di fajar yang begitu menyingsing. Kubuka jendela pagi, segar kurasakan hawa pagi itu, tetesan embun pun masih dapat dirasakan diantara ranting2 dedaunan.
Aku pun langsung menuju dapur untuk mempersiapkan dagangan ku.

            Setelah siap, seperti hari biasanya tepat pukul 05.00 aku pun bergegas menuju taman dimana tempat biasanya aku berjualan.

            Nampak bayangan seseorang di antara pepohonan itu, tetapi tak ada rasa takut sedikitpun menyelimutiku.
Perlahan bayangan itu pun menghampiri dimana tempat aku sedang berjualan.

”Gorenganya dibungkus semua yah?” ucap seseorang dihadapanku

            “Iy tunggu sebentar” ucapku ramah

            ”Ini gorenganya semuanya 48 ribu?”

            “Ini uangnya ? sisanya ambil saja” ucapan yang benar-benar sudah tidak asing lagi di telingaku.

            Dengan segera aku langsung memberi uang kembalian kepada orang itu, dengan sigap kutarik tanganya agar dia tidak dapat mengelak saat ditanya lagi.

            “Ouch, sakit Mel” rintih orang itu

sepertinya aku mengenali suara itu?

            ”Ardhi? Apakah kamu?” tanyaku segera

            ”Iy Mel, ini ak, duh koq pakek acara penganiayaan segala sih?”

            “Duh, sorry Dhi, kamu sih tiap hari suka gitu. Aku kan penasaran” gerutuku

            “Iy.iy maaf dech Mel” ucap Ardhi sambil memelas

            “Kenapa tiap hari kamu selalu membeli habis daganganku? Aku bener-bener gak ngerti apa mau kamu terhadap aku maupun keluarga aku?” tanyaku tegas

            “Dari awal aku denger cerita dari kakekku aku begitu penasaran terhadap sosok diri kamu dan keluarga kamu.
Pertama aku  ngeliat kamu, kamu itu sosok perempuan yang begitu anggun dengan kerudung yang menutupi auratmu itu. Begitu menyejukan hati,
tutur kata yg lembut, terlebih lagi kerja keras kamu buat bantu ibu kamu itu yang begitu jarang dilakukan oleh anak remaja sekarang.

            “Terimakasih atas pujiannya, maaf aku harus bergegas pulang sekarang” jawabku segera.

            “Tunggu Mel, aku janji apabila aku sudah berhasil menuntaskan kuliahku, aku akan datang pada orang tuamu” teriak Ardhi dengan penuh keyakinan.

            “Assalamualaikum” jawabku setengah berlari dan meninggalkanya

            Dari pertemuan itu, semakin hari semakin aku menghindari Ardhi. Ntah apa yang membuat aku begitu, aku pun tidak tau. Tetapi ia tetap datang ke rumah ku. Ntah ia hanya ingin menjenguk ibu ataupun hanya ingin menanyakan tugas kepadaku.
Setelah setahun, tanpa komunikasi yang lancar.
suatu malam yang merupakan hari ulang tahun ku yg ke 22 tahun.

            Aku hanya berdiam diri di kamar sambil mendengarkan radio.
Tiba-tiba ibu mengetok pintu dan masuk.
Ibu mengatakan bahwa ada Ardhi di depan.

Dengan malas aku ke depan untuk menemui Ardhi.

            “Selamat ulang tahun Mel, semoga apa yang kamu inginkan dapat terwujud” ucap Ardhi

            “Iy makasih Dhi atas do’anya” sembari senyum aku berucap

            “Ini Mel, aku ada sedikit kenang-kenangan buat kamu. Siapa tau kamu membutuhkannya. Anggap saja hadiah kecil dariku” ucap Ardhi sembari menyodorkan bingkisan

            “Apa ini Dhi?” tanyaku penasaran

            “Ntar aja yah kamu bukanya, sekarang ganti baju gih? Kita keliling kota Jakarta. Ada something yang mau aku tunjukin ke kamu” ucap Ardhi sembari tersenyum

            “Tapi mau kemana? Ntar aku gak boleh keluar lagi sama ibu. Ini kan udah malem” jawabku bingung

            “Ehmz.. ibu sich boleh-boleh saja. Asalkan pulangnya jangan kemalaman. Ibu percaya kok sama nak Ardhi”  jawab ibu yang tiba-tiba saja datang dari dapur

            “Yasudah kalau begitu aku ganti baju dulu yah Dhi?”

            “OKE!!” jawab Ardhi

            Setelah dalam perjalanan akhirnya kami berhenti di sebuah danau yang begitu indah, di sekeliling danau tersebut diberi cahaya lampu berwarna-warni menambah eloknya danau tersebut.

            “Waw indah sekali danau ini.” Ucapku terkagum-kagum

            “Yah disinilah tempat dimana aku ingin menghilangkan penat duniawi yang begitu mencekik. Makanya di hari special kamu aku bawa kamu kesini supaya kamu dapat menghilangkan kepenatan sehari-harimu.” Jawab Ardhi tenang.

            “Makasih banyak yah Dhi, aku jadi ngerasa gak enak udah ngejauh dari kamu selama ini. Maafin aku yah?” ucapku

            “Iya aku maafin, aku juga mau ngucapin makasih ke kamu, karena kamu udah membuat aku berubah dan membuat aku begitu yakin untuk mencapai cita-cita ku. Seperti apa yang aku janjikan dulu ke alm kakekku.” Tuturnya

            “Tapi aku gak merasa buat kamu berubah untuk itu Dhi, kenapa kamu mau bilang makasih ke aku?’ tanyaku

            “Saat mengenal dan mendekati kamu itu adalah hal yang membuat aku berubah dari buruk menjadi seperti ini, merubah pemikiran ku dalam sekejapm, untuk berusaha menggapai cita-cita yang telah lama aku inginkan. Kamu mempunyai peran penting dalam hidupku dan masa depan ku Mel”

            “Aku bingung Dhi?” jawabku singkat

            “Sepertinya aku suka sama kamu Mel, kalau kamupun begitu, besok temui aku di gedung aula universitas kita. Besok aku menyelesaikan untuk gelar kedokteran ku. Aku harap kamu datang ke acara itu. Karena kamu lah yang mampu membius aku untuk mewujudkan itu semua” ucap Ardhi tegas

Aku hanya bisa terdiam mendengar itu, perasaanku campur aduk, ntah apa yang aku lakukan untuk besok, aku sangat bingung!

            “Mel, coba lihat ke atas deh” tawar Ardhi

            Aku pun langsung menuruti apa yang ia bicarakan, tiba-tiba di awan bergemuruh suara petasan. Diantara petasan itu aku melihat adanya tulisan yang bertuliskan HAPPY BIRTHDAY MELATI.
Aku berdecak kagum dengan semua itu.

            “Mel, coba kamu lihat ke Danau sekarang?”

Aku pun langsung melihat di danau, ntah kejutan apa lagi yang akan menghampiri aku.
            Di danau itu aku melihat banyak lilin yang di tebar, dan ada yang bertuliskan
I LOVE YOU. Sungguh indahnya malam itu, tak pernah terbayangkan aku akan mendapatkan semua itu, apa lagi dari seorang lelaki yang baru aku kenal

            Jam pun sudah menunjukan pukul 21.00 kami pun pulang, Ardhi sangat patuh terhadap apa yang ibu pesankan kepadanya untuk tidak pulang terlalu malam.

(diambang pintu)

“Makasih Dhi buat malem ini, makasih buat seluruhnya. Aku begitu bahagia” ucapku ketika kami sampai di rumah

            “Iya sama-sama Mel, mari Mel aku pamit pulang dulu yah.”

            “Iya Dhi”

            Keesokan harinya aku dilanda kebingungan, jam telah menunjukan pukul 8 dimana acara wisuda Ardhi telah dimulai. Lalu ibu pun masuk kamar dan memberikan solusi untukku. Apabila kamu juga menyukainya Datanglah nak, dan apabila kau tidak menyukainya Tetaplah disini.

            Aku memutuskan untuk datang di acara itu, karena aku tidak bisa membohongi perasaan ku, Bahwa aku juga menyukainya.

            (Setiba di kampus)

“Mel, kamu datang?” ucap Ardhi tak percaya

            “Iya Dhi aku datang” ucapku.

            Kebahagiaan yang tak terkira menghampirinya. Seminggu mendatang aku pun menyelesaikan kuliahku. Aku dan Ardhi pun di tugaskan di rumah sakit yang sama,dan aku pun tidak lagi menjajakan daganganku di setiap pagiku. Alhamdulillah semuanya telah membaik, buah hasil kerjaku selama ini.

            11-03-18 aku pun dinikahi oleh Ardhi, dengan suasana diselimuti haru antara keluarga dan kebahagian pun terpancar jelas di mata kami. Hari dimana aku dan Ardhi bersatu. Sungguh tak terbayang di kepala ku akan kebahagiaan bertubi-tubi ini. Ku ucapkan syukur kepadamu ya allah karena aku dapat mewujudkan apa yang aku inginkan selama ini,dan aku pun dapat membuat ibuku menangis haru atas semua ini. Karena itulah tujuan hidupku selama ini.

            Tiba suatu hari aku ingin sekali ke taman dimana aku selalu menjajakan daganganku dahulu, dan dimana Ardhi yang setiap harinya rela membeli habis daganganku, hari itu aku mengajak Ardhi ke taman itu untuk membagi-bagikan gorengan yang telah kami buat sendiri. Tepat pukul lima kami menuju taman itu, setelah kami membagi-bagikan gorengan itu kami saling bernostalgia akan kenang-kenangan kami dahulu.


“Melati, kau lah Jelita di Pagi Buta yang telah merubah hidupku karena kesederhanaanmu, kau lah perempuan yang mampu membius ku untuk menggapai cita-citaku dan aku pun dapat mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh kakekku. Terima kasih atass semua itu !!



            Kau lah penerang jalanku dan keseharianku.
(ucap Ardhi dalam hati)

No comments:

Post a Comment