Pada hujan ia menangis,
Agar tak terlihat matanya meneteskan air diantara ribuan air yang menghujani tubuhnya.
Agar siapapun tak pernah melihatnya bersedih,
Karena saat hujan berhenti menyirami,
Kersamaan itu pula, air dari sudut matanya yang bening itu tak lagi menetes.
Sesungguhnya, ia senantiasa berharap hujan kan selalu datang,
Karena hanya hujan yang mau memahami setiap tetes air matanya.
Bersama hujan ia bisa menangis sekeras-kerasnya, untuk mengadu,
Saling menumpahkan air mata dan merasakan setiap kegetiran.
Karena hanya hujan juga, yang selama ini berempati terhadap semua rasa dan asanya.
Tetapi, pada hujan juga ia mendapati keteduhan dengan air sejuknya.
Agar tak terlihat matanya meneteskan air diantara ribuan air yang menghujani tubuhnya.
Agar siapapun tak pernah melihatnya bersedih,
Karena saat hujan berhenti menyirami,
Kersamaan itu pula, air dari sudut matanya yang bening itu tak lagi menetes.
Sesungguhnya, ia senantiasa berharap hujan kan selalu datang,
Karena hanya hujan yang mau memahami setiap tetes air matanya.
Bersama hujan ia bisa menangis sekeras-kerasnya, untuk mengadu,
Saling menumpahkan air mata dan merasakan setiap kegetiran.
Karena hanya hujan juga, yang selama ini berempati terhadap semua rasa dan asanya.
Tetapi, pada hujan juga ia mendapati keteduhan dengan air sejuknya.
No comments:
Post a Comment