Terima Kasih Telah Berkunjung di Blog Vinna Patriana Salam Literasi Diagonal Select - Hello Kitty 2

Friday, March 28, 2014

CERITA PUTRI SILAMPARI


            Pada zaman dahulu, hiduplah seorang perempuan tua dengan seorang anak lelakinya. Mereka tinggal di sebuah ladang, kehidupan merekapun terjamin. Anak lelakinya gemar sekali memanah. Kemanapun ia pergi, ia selalu membawa alat panah dibelakang punggungnya. Karena itu, ia dinamakan “Bujang Pemanah”
            Bujang pemanah sudah cukup dewasa. Ibunya sangat mengharapkan kehadiran seorang cucu dari anak lelaki satu-satunya. Maka sore itu terjadilah perbincangan antara Si Ibu dan Bujang Pemanah.
Ibu                               : “Nak, kini ibu sudah tua mungkin sudah saatnya diusia ibu seperti ini untuk segera menimang cucu” (Sambil menyulam)
Bujang pemanah         : “Bagini bu, sepertinya aku belum berniat untuk mencari seorang istri, semua gadis-gadis yang ibu kenalkan tidak ada satupun yang berkenan di hatiku untuk dijadikan pendamping hidupku. Mohon bersabarlah bu” (Sambil membersihkan alat pemanahnya)
Ibu                               : “(menghela nafas) Yasudahlah, Terserah kamu saja (Meninggalkan Bujang pemanah)
Bujang pemanah         : “Aku berangkat dulu yah Bu, masih ada yang ingin aku kerjakan diluar sana”
Ibu                               : “ Ya nak, hati-hati di jalan”
            Sudah berapa kali ibunya mengenalkan gadis-gadis kepadanya, namun selalu ditolak oleh bujang pemanah. Alasannya belum ada yang berkenan dihatinya. Oleh sebab itu ibunya tidak lagi menyuruh Bujang pemanah segera beristri. Ia sudah hafal betul alasan yang dikemukakan anaknya.
                Pada suatu hari Bujang pemanah pergi berburu. Ditengah hutan yang lebat, bujang pemanah bertemu dengan seekor burung yang elok rupanya.
Bujang pemanah         : “Alangkah elok sekali burung itu !! (Seru bujang pemanah tanpa henti memandangi burung itu)
            Sehingga tanpa sadar ia pun tersesat. Karena merasa tersesat dan sulit mencari jejak untuk pulang, maka bujang pemanah akhirnya tertidur di bawah sebuah pohon yang besar.
            Saat tertidur, bujang pemanah bermimpi didatangi orang tua bersorban putih. Dalam mimpinya orang tua itu berpesan bila bujang pemanah menginginkan gadis cantik yang sedang mandi, maka ia harus menyembunyikan selendangnya.
Kakek Tua                   : “Wahai pemuda, jika engkau ingin mendapatkan seorang gadis yang akan kamu jadikan istri, maka sembunyikanlah salah satu selendang gadis cantik ketika mereka mandi”
(Lalu Bujang pemanah pun langsung terbangun)
Bujang pemanah         : “Sebaiknya aku segera mencari jalan pulang!”
                                    Lalu ketika dalam perjalanan pulang, sayup-sayup bujang pemanah mendengar suara-suara yang indah sekali. Bujang pemanah penasaran, sehingga ia mendekati sumber suara itu. Betapa terkejutnya Bujang pemanah tatkala melihat tujuh orang gadis yang parasnya sangat cantik. Pakaiannya berwarna-warni. Tak lama kemudian, mereka meninggalkan pakaiannya dan mandi.
Bujang pemanah         : “Wah cantik-cantiknya paras ketujuh gadis itu” (Dari ketujuh gadis itu, ada seorang yang paling elok. Bujang pemanah teringat pesan kakek tua di dalam mimpinya tadi)
                                    “Sebaiknya aku segera menyembunyikan salah satu selendang dari mereka” (Gumam bujang pemanah)
Bujang pemanah pun berusaha memanjat pohon untuk mengambil selendang itu. Selendang itu berhasil ia dapatkan dan langsung disimpan dibalik pakaiannya. Bujang pemanah pun kembali bersembunyi dan mendengarkan perbincangan mereka.
Gadis 1                        : “Sudah lama rasanya kita tidak turun ke bumi untuk mandi seperti ini, rasanya segar sekali yah”
Gadis 2                        : “Iya kak, habisnya ayah selalu khawatir ketika kita meminta untuk mandi ke bumi”
Gadis 3                       : “Yah maklumlah kehidupan di bumi kan sangat berbeda dengan kehidupan yang ada dikayangan, kita gak bakal tau bahaya apa yang akan kita dapat ketika makhluk bumi melihat kita seperti ini”
Gadis 4                        : “Maka dari itu kita harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya”
            Setelah lama dan puas mandi, ketujuh gadis itupun kembali dan mengenakan pakaian mereka. Betapa terkejutnya gadis yang paling elok melihat selendangnya sudah tidak ada.
Putri Silampari            : “(Sambil mencari-mencari) Aduuuhh ... selendangku kemana? Kak, selendang ku tidak ada disini? (Tanyanya pada salah satu saudaranya)
Gadis 5                        : “Kenapa bisa? Bukankah tadi kita meletakkanya disini bersama-sama?”
Gadis 6                        : “Coba kita cari terlebih dahulu siapa tau selendangnya melayang tertiup angin”
Putri Silampari            : “Tidak ada kak, bagaimana ini? Bagaimana aku pulang kekayangan kalau tidak ada selendang itu? (Berkata sambil menangis)
Gadis 7                        : “Bagaimana ini saudara-saudaraku hari tampaknya sudah semakin menunjukkan gelap, apabila kita tidak pulang sebelum matahari terbenam maka kita tidak akan bisa bertemu ayahanda”
Gadis 1                        : “Maafkan kami putri silampari sepertinya kami harus segera pergi, karena sudah tak banyak waktu lagi”
Semua gadis                : “Iya putri silampari maafkan kami”
                                    Putri Silampari pun menangis sejadi-jadinya. Semua saudara-saudaranya kembali terbang ke kayangan. Ia tidak dapat mengikuti saudara-saudaranya. Tinggalah gadis itu seorang diri.
                                    Bujang pemanah yang melihat kejadian itupun lalu mendekatinya, pura-pura bertanya kepada Putri Silampari
Putri Silampari            : “(Menangis terisak) Bagaimana ini, harus kemana aku pergi? Aku takut di bumi sendirian”
Bujang Pemanah         : “Hay gadis cantik bolehkah saya bertanya siapa namamu?
Putri Silampari            : “Nama saya Putri Silampari” (Sembari tertunduk dan agak ketakutan)
Bujang Pemanah         : “Mengapa kamu bisa ada disini?”
Putri Silampari            : “Tadi sebelum senja datang aku serta saudara-saudaraku datang dari kayangan untuk turun ke bumi kami semua berniat untuk mandi. Akan tetapi ketika kami ingin pulang kekayangan selendangku tidak ada disini. Maka dari itu aku tidak bisa pulang kekayangan” (Sambil terisak)
Bujang Pemanah         : “Oh begitu ceritanya, bagaimana untuk sementara waktu kamu tinggal saja dulu di pondok kami, kamu jangan takut, aku tidak tinggal sendiri melainkan aku juga tinggal bersama ibu ku. Bagaimana apakah kamu mau?”
Putri Silampari            “Ya aku mau”
            Setelah sampai di pondok, ibu Bujang pemanah terkejut anaknya membawa seorang gadis yang sangat elok, yang kemudian dikenalkan sebagai calon istrinya.
Bujang pemanah         : “Ibu ......... Ibuuuuu ...... (Dengan sangat gembira memanggil ibunya)
Ibu                               : “Iya, kamu sudah pulang nak? Yasudah istirahat dulu sana!”
Bujang pemanah         : “Sebelum istirahat aku mau ngenalin seseorang dulu ke ibu, Siiinniii ..... (Mencoba memanggil Putri Silampari yang masih ada di luar)
Ibu                               : “(Tertegun) Siapa gadis cantik ini Nak?”
Bujang pemanah         : “Ini calon istriku bu, Putri Silampari”
Putri Silampari pun menyalami ibu
Ibu                               : “Alangkah eloknya nak, ternyata wanita seperti ini yang sangat kamu idam-idamkan selama ini, Ibu restuin kalian ber dua yah”
            Ibunya sangat gembira, Bujang pemanah pun akhirnya dinikahkan dengan Putri Silampari. Keadaan rumah tangga mereka pun sangat bahagia. Putri Silampari sangat rain membantu suaminya baik diladang maupun dirumah. Hasil ladang mereka pun bertambah. Selang beberapa tahun mereka pun mempunyai seorang anak perempuan yang bernama “Ratu Agung” lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.
            Pada suatu hari ketika mengambil beras dilumbung padi, Putri Silampari menemukan selendangnya yang hilang dulu.
Putri Silampari            : “Kakanda, apa ini? Ini selendangku bukan? Kenapa ada dilumbung padi itu?” (Berlari keluar rumah sambil menangis)
Bujang Pemanah         : “Maafkan kanda Dinda, karena kanda sangat mencintai dinda. Kanda tak ingin dinda pulang ke kayangan dan meninggalkan kanda.
Putri Silampari            : “Dinda benar-benar kecewa kepada kakanda, mengapa kakanda setega itu kepada dinda, sepertinya dinda ingin kembali kekayangan untuk bertemu dengan saudara-saudara dinda disana”
Bujang Pemanah         : “Kanda mohon jangan tinggalkan Kanda!” (Sembari mencegah Putri Silampari) Apa dinda tega meninggalkan putri kita disini, kanda mohon dinda tolong maafkan kanda”
Putri Silampari            : “(Berfikir karena ucapan Bujang pemanah tadi) Baiklah kanda dinda berjanji ketika dinda telah bertemu saudara-saudara serta ayahanda dinda maka dinda akan segera pulang kembali ke bumi”
Bujang Pemanah         : “Baiklah kanda izinkan dinda (Dengan berat hati)
Putri Silampari            : “Ratu Agung ibu pergi dulu yah sayang. Ibu akan cepat pulang! (mencium kening Ratu Agung)
Cukup lama Bujang pemanah menunggu Putri Silampari namun tidak juga pulang.
(Ketika di kayangan)
Ketika ketujuh gadis serta ayahanda berkumpul di meja makan tiba-tiba datanglah Putri Silampari.
Putri Silampari            : “Ayahanda, kakak, aku pulang!” (sembari menghampiri mereka)
Ayahanda                    : “Oh puteriku, ayahanda sudah lama sekali menunggu kedatanganmu” (Sambil memeluk Putri Silampari)
Gadis ke 2                   : “Kami sangat merindukanmu Putri Silampari, bagaimana kabarmu ?”
Gadis ke 3                   : “Marii duduk dulu biarkan Putri Silampari bercerita dengan tenang”
Putri Silampari            : “Keadaanku baik ayahanda, kakak, beruntung di bumi aku menemukan seseorang yang mau menolongku dan menjagaku”
Ayahanda                    : “Siapakah gerangan orang itu duhai puteriku?”
Putri Silampari            : “Dia adalah Bujang Pemanah ayahanda, di bumi aku telah lebih dulu menikah dan sekarang kami berdua sudah mempunyai satu orang puteri yang sangat cantik”
Gadis ke 4                   : “Apa kamu sudah menikah Putri Silampari? Lancang sekali kamu? Bukankah kita berbeda dengan makhluk bumi?”
Ayahanda                    : “Inilah ketakutan terbesar ayahanda, Putri Silampari !! ayahanda begitu kecewa terhadapmu!! (Jawab ayahanda dengan lantang)
Putri Silampari            : “Ampun beribu ampun ayahanda, maafkan Putri Silampari yang tidak memberi tau ayahanda serta kakak-kakak terlebih dahulu, karena saya pun bingung bagaimana cara untuk memberi tau kepada kalian semua”
Ayahanda                    : Sebagai hukuman dari perbuatanmu Putri Silampari, kamu tidak boleh turun ke bumi lagi sampai kapanpun itu !!
Putri Silampari            : “Tapi ayah ..... saya tidak bisa karena di bumi saya meninggalkan suami serta anak saya ayahanda!!!
Ayahanda                    : “Merah, Jingga ... cepat bawa Putri Silampari kekamar dan pastikan ia tidak keluar kamarnya!
Gadis 5 & 6                 : “ Baik ayahanda”
(Sementara di bumi)
Bujang Pemanah         : “ Kemana dirimu dinda? Mengapa dirimu tak kunjung pulang juga? Baiklah kalau begitu aku akan mencari cara untuk menyusulmu. Sebaiknya saya segera cepat tidur agar bisa melakukan perjalanan esok hari” (Tekad Bujang pemanah)
            Pada suatu malam Bujang pemanah bermimpi ditemui kaket tua yang bersorban putih yang pernah mendatanginya. Ia berpesan bila Bujang pemanah ingin menemui istrinya, maka ia harus meminta tolong kepada burung sapu langit, lebah, dan kunang-kunang. Burung sapu langit akan menjadi tunggangannya, lebah sebagai pengawal, dan kunang-kunang akan menjadi lampu penerang jalan.
Bujang Pemanah         : “Ibu saya pamit terlebih dahulu untuk menjemput istri saya, mohon doanya Bu”
Ibu                               : “Iya nak selalu ibu doakan, segera kembali dan bawa Putri Silampari pulang ke bumi”
Ia pun mengembara kesana kemari, berkat perjuangannya semua persyaratan untuk menjemput istrinya dapat dipenuhi. Saat bulan purnama berangkatlah bujang pemanah menjemput istrinya.
            Setelah itu bertemulah Bujang Pemanah dengan ayahanda Putri Silampari.
Bujang Pemanah         : “Dinda dimana kamu, ini kakanda datang untuk menjemputmu”
Putri Silampari            : “Kanda, maafkan dinda karena ayah tidak mengizinkan dinda untuk pulang ke bumi” (Sambil menerobos tangan saudara-saudaranya)
Bujang Pemanah         : “Ayo kita segera pergi dari sini?”
Ayahanda                    : “Tidak secepat itu, berani sekali kau muncul di istanaku !
Bujang Pemanah         : “ Izinkan kami untuk pulang ke bumi ayah”
Ayahanda                    : “Cuuuuiihhh, tak akan mungkin ! Sebelum kau membawa Putri Silampari pergi Langkahi dulu mayatku ini”
Putri Silampari            : “Tidaaaaaakkkkk ayahanda” (menangis)
 Terjadilah pertempuran yang dahsyat. Berkat bantuan lebah, ayahanda Putri Silampari dapat ditaklukkan dan mati.
Ayahanda        : “(Meringis kesakitan)
Gadis 7            : “Ayahanda bertahanlah saya mohon” (sambil menangis)
Ayahanda        : “Tolong hindari Putri Silampari untuk turun ke bumi karena ada sebuah kutukan bila Putri Silampari tetap turun kebumi”
Setelah mengucapkan kata-kata terakhir ayahanda pun meninggal. Ke enam Putri Silampari pun menghalangi Bujang Panah namun usaha mereka sia-sia belaka.
            Sesampainya dibumi betapa terkejutnya Bujang pemanah dan Putri Silampari karena keadaan sudah berubah. Tempat mereka yang dulu sepi kini menjadi ramai. Kemudian diadakanlah pesta menyambut kedatangan Bujang pemanah dan Putri Silampari yang berlangsung meriah selama tujuh hari tujuh malam
            Pada suatu ketika desa bujang pemanah dan Putri Silampari diserang oleh daerah lain. Semua rakyat berlari ketakutan.
Ibu                               :”Lari nak .... larrrrriiiii ....... desa kita diseraaaangg!” (Terbunuh)
Bujang pemanah & Putri Silampari : Ibbbbbbuuuuuuuu....... (Sambil berlari-lari)
            Pada akhirnya Bujang pemanah dan Putri Silampari pun akhirnya berubah menjadi siluman
































No comments:

Post a Comment