Pada zaman dahulu, hiduplah seorang perempuan tua dengan
seorang anak lelakinya. Mereka tinggal di sebuah ladang, kehidupan merekapun
terjamin. Anak lelakinya gemar sekali memanah. Kemanapun ia pergi, ia selalu
membawa alat panah dibelakang punggungnya. Karena itu, ia dinamakan “Bujang
Pemanah”
Bujang pemanah sudah cukup dewasa. Ibunya sangat
mengharapkan kehadiran seorang cucu dari anak lelaki satu-satunya. Maka sore
itu terjadilah perbincangan antara Si Ibu dan Bujang Pemanah.
Ibu : “Nak, kini ibu
sudah tua mungkin sudah saatnya diusia ibu seperti ini untuk segera menimang
cucu” (Sambil menyulam)
Bujang
pemanah : “Bagini bu, sepertinya
aku belum berniat untuk mencari seorang istri, semua gadis-gadis yang ibu
kenalkan tidak ada satupun yang berkenan di hatiku untuk dijadikan pendamping
hidupku. Mohon bersabarlah bu” (Sambil membersihkan alat pemanahnya)
Ibu : “(menghela
nafas) Yasudahlah, Terserah kamu saja (Meninggalkan Bujang pemanah)
Bujang
pemanah : “Aku berangkat dulu yah
Bu, masih ada yang ingin aku kerjakan diluar sana”
Ibu : “ Ya nak,
hati-hati di jalan”
Sudah berapa kali ibunya mengenalkan gadis-gadis
kepadanya, namun selalu ditolak oleh bujang pemanah. Alasannya belum ada yang
berkenan dihatinya. Oleh sebab itu ibunya tidak lagi menyuruh Bujang pemanah
segera beristri. Ia sudah hafal betul alasan yang dikemukakan anaknya.
Pada
suatu hari Bujang pemanah pergi berburu. Ditengah hutan yang lebat, bujang
pemanah bertemu dengan seekor burung yang elok rupanya.
Bujang pemanah : “Alangkah elok sekali burung itu !!
(Seru bujang pemanah tanpa henti memandangi burung itu)
Sehingga
tanpa sadar ia pun tersesat. Karena merasa tersesat dan sulit mencari jejak
untuk pulang, maka bujang pemanah akhirnya tertidur di bawah sebuah pohon yang
besar.
Saat tertidur, bujang pemanah bermimpi didatangi orang
tua bersorban putih. Dalam mimpinya orang tua itu berpesan bila bujang pemanah
menginginkan gadis cantik yang sedang mandi, maka ia harus menyembunyikan
selendangnya.
Kakek
Tua : “Wahai pemuda,
jika engkau ingin mendapatkan seorang gadis yang akan kamu jadikan istri, maka
sembunyikanlah salah satu selendang gadis cantik ketika mereka mandi”
(Lalu
Bujang pemanah pun langsung terbangun)
Bujang
pemanah : “Sebaiknya aku segera
mencari jalan pulang!”
Lalu ketika
dalam perjalanan pulang, sayup-sayup bujang pemanah mendengar suara-suara yang
indah sekali. Bujang pemanah penasaran, sehingga ia mendekati sumber suara itu.
Betapa terkejutnya Bujang pemanah tatkala melihat tujuh orang gadis yang parasnya
sangat cantik. Pakaiannya berwarna-warni. Tak lama kemudian, mereka
meninggalkan pakaiannya dan mandi.
Bujang
pemanah : “Wah cantik-cantiknya
paras ketujuh gadis itu” (Dari ketujuh gadis itu, ada seorang yang paling elok.
Bujang pemanah teringat pesan kakek tua di dalam mimpinya tadi)
“Sebaiknya
aku segera menyembunyikan salah satu selendang dari mereka” (Gumam bujang
pemanah)
Bujang
pemanah pun berusaha memanjat pohon untuk mengambil selendang itu. Selendang
itu berhasil ia dapatkan dan langsung disimpan dibalik pakaiannya. Bujang
pemanah pun kembali bersembunyi dan mendengarkan perbincangan mereka.
Gadis
1 : “Sudah lama
rasanya kita tidak turun ke bumi untuk mandi seperti ini, rasanya segar sekali
yah”
Gadis
2 : “Iya kak, habisnya
ayah selalu khawatir ketika kita meminta untuk mandi ke bumi”
Gadis
3 : “Yah maklumlah
kehidupan di bumi kan sangat berbeda dengan kehidupan yang ada dikayangan, kita
gak bakal tau bahaya apa yang akan kita dapat ketika makhluk bumi melihat kita
seperti ini”
Gadis
4 : “Maka dari itu
kita harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya”
Setelah lama dan puas mandi, ketujuh gadis itupun kembali
dan mengenakan pakaian mereka. Betapa terkejutnya gadis yang paling elok
melihat selendangnya sudah tidak ada.
Putri
Silampari : “(Sambil
mencari-mencari) Aduuuhh ... selendangku kemana? Kak, selendang ku tidak ada
disini? (Tanyanya pada salah satu saudaranya)
Gadis
5 : “Kenapa bisa?
Bukankah tadi kita meletakkanya disini bersama-sama?”
Gadis
6 : “Coba kita cari
terlebih dahulu siapa tau selendangnya melayang tertiup angin”
Putri
Silampari : “Tidak ada kak,
bagaimana ini? Bagaimana aku pulang kekayangan kalau tidak ada selendang itu?
(Berkata sambil menangis)
Gadis
7 : “Bagaimana ini
saudara-saudaraku hari tampaknya sudah semakin menunjukkan gelap, apabila kita
tidak pulang sebelum matahari terbenam maka kita tidak akan bisa bertemu
ayahanda”
Gadis
1 : “Maafkan kami
putri silampari sepertinya kami harus segera pergi, karena sudah tak banyak
waktu lagi”
Semua
gadis : “Iya putri
silampari maafkan kami”
Putri
Silampari pun menangis sejadi-jadinya. Semua saudara-saudaranya kembali terbang
ke kayangan. Ia tidak dapat mengikuti saudara-saudaranya. Tinggalah gadis itu
seorang diri.
Bujang
pemanah yang melihat kejadian itupun lalu mendekatinya, pura-pura bertanya
kepada Putri Silampari
Putri
Silampari : “(Menangis terisak)
Bagaimana ini, harus kemana aku pergi? Aku takut di bumi sendirian”
Bujang
Pemanah : “Hay gadis cantik
bolehkah saya bertanya siapa namamu?
Putri
Silampari : “Nama saya Putri Silampari”
(Sembari tertunduk dan agak ketakutan)
Bujang
Pemanah : “Mengapa kamu bisa ada
disini?”
Putri Silampari : “Tadi sebelum senja datang aku
serta saudara-saudaraku datang dari kayangan untuk turun ke bumi kami semua
berniat untuk mandi. Akan tetapi ketika kami ingin pulang kekayangan
selendangku tidak ada disini. Maka dari itu aku tidak bisa pulang kekayangan”
(Sambil terisak)
Bujang Pemanah : “Oh begitu ceritanya, bagaimana untuk
sementara waktu kamu tinggal saja dulu di pondok kami, kamu jangan takut, aku
tidak tinggal sendiri melainkan aku juga tinggal bersama ibu ku. Bagaimana
apakah kamu mau?”
Putri Silampari “Ya aku mau”
Setelah sampai di pondok, ibu Bujang pemanah terkejut
anaknya membawa seorang gadis yang sangat elok, yang kemudian dikenalkan
sebagai calon istrinya.
Bujang pemanah : “Ibu ......... Ibuuuuu ...... (Dengan
sangat gembira memanggil ibunya)
Ibu : “Iya, kamu
sudah pulang nak? Yasudah istirahat dulu sana!”
Bujang
pemanah : “Sebelum istirahat aku
mau ngenalin seseorang dulu ke ibu, Siiinniii ..... (Mencoba memanggil Putri
Silampari yang masih ada di luar)
Ibu : “(Tertegun)
Siapa gadis cantik ini Nak?”
Bujang
pemanah : “Ini calon istriku bu,
Putri Silampari”
Putri
Silampari pun menyalami ibu
Ibu : “Alangkah
eloknya nak, ternyata wanita seperti ini yang sangat kamu idam-idamkan selama
ini, Ibu restuin kalian ber dua yah”
Ibunya sangat gembira, Bujang pemanah pun akhirnya
dinikahkan dengan Putri Silampari. Keadaan rumah tangga mereka pun sangat
bahagia. Putri Silampari sangat rain membantu suaminya baik diladang maupun
dirumah. Hasil ladang mereka pun bertambah. Selang beberapa tahun mereka pun
mempunyai seorang anak perempuan yang bernama “Ratu Agung” lengkaplah sudah
kebahagiaan mereka.
Pada suatu hari ketika mengambil beras dilumbung padi,
Putri Silampari menemukan selendangnya yang hilang dulu.
Putri
Silampari : “Kakanda, apa ini?
Ini selendangku bukan? Kenapa ada dilumbung padi itu?” (Berlari keluar rumah
sambil menangis)
Bujang
Pemanah : “Maafkan kanda Dinda,
karena kanda sangat mencintai dinda. Kanda tak ingin dinda pulang ke kayangan
dan meninggalkan kanda.
Putri
Silampari : “Dinda benar-benar
kecewa kepada kakanda, mengapa kakanda setega itu kepada dinda, sepertinya
dinda ingin kembali kekayangan untuk bertemu dengan saudara-saudara dinda
disana”
Bujang
Pemanah : “Kanda mohon jangan
tinggalkan Kanda!” (Sembari mencegah Putri Silampari) Apa dinda tega
meninggalkan putri kita disini, kanda mohon dinda tolong maafkan kanda”
Putri
Silampari : “(Berfikir karena
ucapan Bujang pemanah tadi) Baiklah kanda dinda berjanji ketika dinda telah
bertemu saudara-saudara serta ayahanda dinda maka dinda akan segera pulang
kembali ke bumi”
Bujang
Pemanah : “Baiklah kanda izinkan
dinda (Dengan berat hati)
Putri
Silampari : “Ratu Agung ibu
pergi dulu yah sayang. Ibu akan cepat pulang! (mencium kening Ratu Agung)
Cukup
lama Bujang pemanah menunggu Putri Silampari namun tidak juga pulang.
(Ketika di kayangan)
Ketika
ketujuh gadis serta ayahanda berkumpul di meja makan tiba-tiba datanglah Putri
Silampari.
Putri Silampari : “Ayahanda, kakak, aku pulang!”
(sembari menghampiri mereka)
Ayahanda : “Oh puteriku, ayahanda
sudah lama sekali menunggu kedatanganmu” (Sambil memeluk Putri Silampari)
Gadis ke 2 : “Kami sangat merindukanmu
Putri Silampari, bagaimana kabarmu ?”
Gadis ke 3 : “Marii duduk dulu biarkan
Putri Silampari bercerita dengan tenang”
Putri Silampari : “Keadaanku baik ayahanda, kakak,
beruntung di bumi aku menemukan seseorang yang mau menolongku dan menjagaku”
Ayahanda : “Siapakah gerangan orang
itu duhai puteriku?”
Putri
Silampari : “Dia adalah Bujang
Pemanah ayahanda, di bumi aku telah lebih dulu menikah dan sekarang kami berdua
sudah mempunyai satu orang puteri yang sangat cantik”
Gadis
ke 4 : “Apa kamu sudah
menikah Putri Silampari? Lancang sekali kamu? Bukankah kita berbeda dengan
makhluk bumi?”
Ayahanda : “Inilah ketakutan terbesar
ayahanda, Putri Silampari !! ayahanda begitu kecewa terhadapmu!! (Jawab
ayahanda dengan lantang)
Putri
Silampari : “Ampun beribu ampun
ayahanda, maafkan Putri Silampari yang tidak memberi tau ayahanda serta
kakak-kakak terlebih dahulu, karena saya pun bingung bagaimana cara untuk
memberi tau kepada kalian semua”
Ayahanda : Sebagai hukuman dari
perbuatanmu Putri Silampari, kamu tidak boleh turun ke bumi lagi sampai kapanpun
itu !!
Putri
Silampari : “Tapi ayah .....
saya tidak bisa karena di bumi saya meninggalkan suami serta anak saya
ayahanda!!!
Ayahanda : “Merah, Jingga ... cepat
bawa Putri Silampari kekamar dan pastikan ia tidak keluar kamarnya!
Gadis
5 & 6 : “ Baik
ayahanda”
(Sementara
di bumi)
Bujang Pemanah : “ Kemana dirimu dinda? Mengapa dirimu
tak kunjung pulang juga? Baiklah kalau begitu aku akan mencari cara untuk
menyusulmu. Sebaiknya saya segera cepat tidur agar bisa melakukan perjalanan
esok hari” (Tekad Bujang pemanah)
Pada suatu malam Bujang pemanah bermimpi ditemui kaket
tua yang bersorban putih yang pernah mendatanginya. Ia berpesan bila Bujang
pemanah ingin menemui istrinya, maka ia harus meminta tolong kepada burung sapu
langit, lebah, dan kunang-kunang. Burung sapu langit akan menjadi
tunggangannya, lebah sebagai pengawal, dan kunang-kunang akan menjadi lampu
penerang jalan.
Bujang
Pemanah : “Ibu saya pamit terlebih
dahulu untuk menjemput istri saya, mohon doanya Bu”
Ibu : “Iya nak selalu
ibu doakan, segera kembali dan bawa Putri Silampari pulang ke bumi”
Ia
pun mengembara kesana kemari, berkat perjuangannya semua persyaratan untuk
menjemput istrinya dapat dipenuhi. Saat bulan purnama berangkatlah bujang
pemanah menjemput istrinya.
Setelah itu bertemulah Bujang Pemanah dengan ayahanda
Putri Silampari.
Bujang Pemanah : “Dinda dimana kamu, ini kakanda
datang untuk menjemputmu”
Putri
Silampari : “Kanda, maafkan
dinda karena ayah tidak mengizinkan dinda untuk pulang ke bumi” (Sambil
menerobos tangan saudara-saudaranya)
Bujang
Pemanah : “Ayo kita segera pergi
dari sini?”
Ayahanda : “Tidak secepat itu, berani
sekali kau muncul di istanaku !
Bujang
Pemanah : “ Izinkan kami untuk
pulang ke bumi ayah”
Ayahanda : “Cuuuuiihhh, tak akan
mungkin ! Sebelum kau membawa Putri Silampari pergi Langkahi dulu mayatku ini”
Putri
Silampari : “Tidaaaaaakkkkk
ayahanda” (menangis)
Terjadilah pertempuran yang dahsyat. Berkat
bantuan lebah, ayahanda Putri Silampari dapat ditaklukkan dan mati.
Ayahanda : “(Meringis kesakitan)
Gadis 7 : “Ayahanda bertahanlah saya mohon”
(sambil menangis)
Ayahanda : “Tolong hindari Putri Silampari untuk
turun ke bumi karena ada sebuah kutukan bila Putri Silampari tetap turun
kebumi”
Setelah mengucapkan
kata-kata terakhir ayahanda pun meninggal. Ke enam Putri Silampari pun
menghalangi Bujang Panah namun usaha mereka sia-sia belaka.
Sesampainya dibumi betapa terkejutnya Bujang pemanah dan
Putri Silampari karena keadaan sudah berubah. Tempat mereka yang dulu sepi kini
menjadi ramai. Kemudian diadakanlah pesta menyambut kedatangan Bujang pemanah
dan Putri Silampari yang berlangsung meriah selama tujuh hari tujuh malam
Pada suatu ketika desa bujang pemanah dan Putri Silampari
diserang oleh daerah lain. Semua rakyat berlari ketakutan.
Ibu :”Lari nak ....
larrrrriiiii ....... desa kita diseraaaangg!” (Terbunuh)
Bujang pemanah &
Putri Silampari : Ibbbbbbuuuuuuuu....... (Sambil berlari-lari)
Pada akhirnya Bujang pemanah dan Putri Silampari pun
akhirnya berubah menjadi siluman
No comments:
Post a Comment