alhamdulillah cerpen ini dapet juara 1 lomba membuat cerpen antar kelas :)
thx GOD :*
By : Vinna Patriana
Selalu kau ajarkan
aku dengan suka citamu.
Tanpa pernah
mengeluh,
Kau berikan aku
kasih sayang terhebatmu.
Semua kau sampaikan
dengan penuh kasih.
Hingga sampai di relung
hati.
Tenanglah disana.
Karena aku disini
akan selalu mendoakanmu lelaki terhebatku !
Setelah menuliskan satu bait puisi
itu, tak sadar air mataku pun telah menetes. Aku rindu akan sosok ayahku. Tiga tahun
silam, beliau meninggal karena kecelakaan.Terpikir sejenak akan peristiwa itu,
saat itu aku masih berusia 14 tahun. Aku, ibu serta ayah malam itu berniat
datang ke Masjid untuk memperingati Tahun Baru Hijriah di Masjid Al-Munawarah.
Hatiku sangat riang, dengan
berlari-lari kecil sembari tertawa aku berbicara kepada Ayah.
“Yah, Shinta senang sekali malam ini,
karena bisa ke masjid bareng ibu dan ayah, biasanya kan ayah dan ibu selalu
sibuk” Ucapku senang
“Iya Shinta, Ayah ingin mengajarkan
kepada putri ayah, bahwa kita jangan hanya merayakan Tahun Baru Masehi, tapi
kita juga harus memperingati Tahun Baru Hijriah” Kata ayah bijak.
“Makasih Ayah, besok Shinta bakalan
cerita sama temen-temen. Kalo Shinta malam ini memperingati Tahun Baru Hijriah
bareng Ayah dan Ibu” Ucapku sembari tersenyum
“Gak boleh gitu ah, itu namanya
Sombong !” Sahut ibu kemudian
“Biarin !!” Sahutku riang
Kemudian aku pun lanjut berlari –lari, karena sudah tak sabar ingin cepat
sampai di Masjid. Akan tetapi tiba-tiba dihadapanku sudah ada sebuah truk yang
hampir menabrak tubuhku.
Aku mematung, dan hanya bisa melihat sinar cahaya lampu mobil dan juga
mendengar
Suara decitan
sebuah rem.
“SSHhhhiinnNNNtaa .....” pekik
seseorang
Tanpa sadar tubuhku
terpental jauh, dan aku pun tak sadarkan diri.
Setelah beberapa jam di ruang ICU,
aku pun baru tersadar. Perlahan ku buka mata, terlihat wajah Ibu yang begitu
lusuh dengan mata yang sembab. Disana aku mencari sosok ayah, tetapi aku tak
berhasil menemukannya.
“Mungkin Ayah sedang menebus obat” Kataku
dalam hati.
Kata dokter aku hanya mengalami
luka-luka ringan, dan besok pun aku sudah diperbolehkan untuk pulang.
Aku tersenyum lebar mendengar
kata-kata itu, tapi aku sedikit kesal mengingat kejadian tadi, gara-gara itu aku
gak jadi memperingati Tahun Baru Hijriah bareng Ibu dan Ayah.
“Padahal momentnya kan langka !!”Gerutuku
“Huufftt ...” Aku hanya bisa
menghela nafas.
(Keesokan harinya
...)
Aku bingung dibuat akan keramaian
orang-orang yang berdatangan ke rumahku. Aku kan Cuma kecelakaan kecil, koq
banyak banget yah yang jengukin ??
Saat aku tanya ke
ibu, ibu hanya menggeleng kecil.
Perlahan aku masuk ke ruang tengah, kudapati
ada sebuah keranda yang melintang di rumahku. Aku pun mulai panik, dan ngeri. Perlahan
aku pun berlari kesudut ruang tamu dan terdiam sembari mengingat kejadian
semalam.
Yang aku ingat Ayah menarik
tanganku, dan aku pun langsung terpental jauh. Tapi bagaimana dengan Ayah ?
Kudekati Ibu yang sedang mematung..
“Bu, Shinta mau ketemu Ayah? Ayah
dimana?” Tanyaku terisak
Ibu hanya terdiam dan menangis.
“Bu, Ayah lagi beli obat Shinta yah?
Kok lama banget ?
Ibu pun masih terdiam
“Ibu jaja...wab Shinta !! Ayah mana
bu...” Teriakku hingga menangis.
“Didepan kamu.... itulah Ayah Nak ”
jawab ibu perlahan.
“IBU BOHOOONG !! Ayah masih hidup,
gak mungkin Ayah meninggal”
“Ibu gak bohong Nak, jenazah didepanmu
itu adalah Ayahmu” Jawab Ibu sembari memelukku.
Tangisku pun pecah
sejadi-jadinya, membuat semua orang begitu terlihat miris.
Seketika lamunanku pun terpecah saat ibu memanggilku dari bawah.
“Shinta, didepan ada temen kamu tuh,
hayo samperin dulu ” Kata ibu
“Oh iya Bu” Sahutku meng-iyakan
“Shin, pak Aldo minta laporan tuh
buat acara tahun baru hijriah disekolah kita, gimana nih?” Tanya Ocha bingung
“Kan aku udah nunjuk kamu buat
ngurusin semuanya, dan aku udah lepas tangan dalam hal ini” Sahutku tegas
“Tapi kan kamu ketua Osisnya, gak
bisa dong kita ngambil keputusan sendiri” timpal Bayu.
“Ah udahlah aku gak mau ngurusin
tentang laporan itu, terserah deh mau dibuat atau gak tuh laporan” Ucapku kasar
“Hayolah Shin, ntar acaranya
dibatalin sama pak Aldo lagi” Sahut Ocha memelas
“Itu malah bagus, sesuai dengan apa
yang aku harepin” Tukasku cepat.
“Yaudahlah ....” sahut mereka
berbarengan
Akhirnya merekapun pamit dengan muka yang
lusuh.
(Keesokan
harinya di Koridor Sekolah)
“Shinta mana laporan acara tentang
Memperingati tahun Baru Hijriah tahun ini? Tinggal satu minggu lagi loh!” tanya
pak Aldo menekankan.
“Ada di Ocha Pak, ntar Shinta
konfirmasi lagi sama Ocha lagi yah pak!” Ucapku sopan.
“Yaudah usahakan secepatnya yah !” Tekan
Pak Aldo
“Oh iya pak” Jawabku sembari
tersenyum kecut.
“Laporan acara itu lagi, aku udah bener-bener
bosen ngedengernya, aku benci tahun Baru Hijriah, dan aku gak akan pernah mau
ikut memperingati, apalagi ikut andil ngurusin tuh acara.” Gerutuku dalam hati
Gara-gara laporan
itu mood ku pun jadi berantakan, alhasil semua pelajaran NOL BESAR.
(Sesampai Di rumah)
“Shinta, kamu kenapa sih akhir-akhir
ini jadi uring-uringan gitu” Tanya ibu heran
“Shinta bosen Bu, gak dimana-mana
semua orang tuh nyiapin acara buat memperingati Tahun Hijriah, Shinta kan gak
suka!” Jawabku sesukanya.
“Ini udah ke 4 kalinya kamu gak
pernah ikut ngerayain Tahun Baru Hijriah, Ayah pasti sedih diatas sana” Jawab
ibu menasihati.
“Sekali gak tetep gak bu!” Jawabku
keras
Ibu sudah kehabisan akal menasihatiku, pendirianku tetap kuat. Sampai
kapanpun aku gak akan pernah mau ngerayain Tahun Baru Hijriah.
Tiga hari lagi waktu yang diberikan
oleh Pak Aldo, dan tampaknya laporan itu belum terselesaikan di tangan Ocha.
Aku pun bernafas lega.
“Shinta bantuin kita dong, ini emang
tugas aku tapi biasanya kan kamu yang nyelesain semuanya. Aku ngaku deh aku
orangnya gak kreatif” Tukas Ocha
“Dalam hal ini, aku nyerah dan aku
gak akan pernah mau ikut andil dalam acara ini sampai kapanpun.” Jawabanku
masih seperti kemarin.
Sembari mengucapkan
kata-kata itu, aku pun bergegas pergi meninggalkan mereka.
Malam harinya mereka datang lagi
kerumahku, untuk meminta bantuan kembali, dan aku pun sudah lelah memberi tau
akan hal itu. Kuputuskan malam itu untuk tidak mau menemui mereka. Alhasil mereka
bercerita panjang lebar terhadap ibu mengenai laporan itu.
Ibu pun mulai bercerita sebabnya aku
gak mau bantuin mereka, karena ibu tau kalo aku bener-bener benci yang namanya
Tahun Baru Hijriah. Dimana malam itu semua karena kesalahan aku, nyawa Ayahku
terenggut, dan karena ingin memperingati Tahun Baru Hijriah aku kehilangan sosok
laki-laki yang aku sayangi seumur hidupku. Saat itu aku gak bisa maafin diri
aku sendiri, dan aku juga memutuskan untuk tidak pernah ikut lagi memperingati
Tahun Baru Hijriah sampai kapanpun juga. Karena itu sudah menjadi tekad bulat
ku.
Setelah mereka mengetahui itu semua,
mereka memutuskan tidak akan meminta bantuan kepadaku lagi, dan juga besok
mereka memutuskan untuk bicara ke Pak Aldo kalo acara Tahun Baru Hijriah tahun
ini tidak dapat diadakan karena kelalaian dari pihak OSIS.
Aku pun tersenyum puas saat
mendengar cerita Ibu, tapi beda halnya dengan ibu. Ibu menangis sambil
berbicara terhadapku.
“Allah pasti menghukum Ibu dan Ayah
dengan berat, karena Ibu dan Ayah tidak berhasil mendidik putrinya sesuai
dengan ajaran agama. Ibu harus melakukan apa nak supaya kamu berubah seperti
dulu? “ Ucap Ibu lirih
Ibu pun terdiam sejenak, dan dada ku
pun terasa sesak saat ibu berkata seperti itu.
“Biarkan itu menjadi masa lalu kamu
yang kelam Nak, tak sepantasnya kamu menyalahkan apa yang telah terjadi di
malam tahun Baru Hijriah. Itu semua takdir Tuhan, dan tugas kita hanya menerima
dan sabar. Bukan malah membenci” Lanjut ibu
“Ibu gak tau rasanya jadi Shinta,
gara-gara Shinta, ayah pergi meninggalkan kita selama-lamanya” Aku menjawab
pelan
“Ayah pasti sedih melihat putri
kecil nya yang mempunyai sifat pembenci seperti ini! Ayah pasti kecewa diatas
sana” tekan ibu
“Stop Bu ! Shinta gak mau ayah
kecewa. Shinta sayang sama ayah”
“Kenapa semua orang gak bisa nerima
keputusan Shinta ? Shinta belum sempat merasakan yang namanya merayakan Tahun
Baru Hijriah bersama Ayah. Tapi kenapa Ayah sudah dipanggil duluan Bu?
“Shinta iri sama temen-temen Shinta,
mereka semua merayakannya dengan keadaan keluarga yang lengkap, gak kayak kita”
Jawabku sembari menangis.
Hening ... tak ada satu katapun yang terucap, hanya terdengar suara isak
tangis anatara aku dan ibu.
“Aku sudah kehilangan Ayah, dan sekarang aku Cuma punya Ibu, aku gak mau
buat Ibu kecewa. Tappiiii Haruskah kebencian itu berakhir ?” Pikirku sejenak
“Shinta ma..mau berubah Bu, demi
Ayah dan Ibu” Lanjutku penuh keyakinan sembari menghela nafas.
Tampak raut muka Ibu yang tersenyum
senang
“Ayah pasti lagi tersenyum diatas
sana, melihat putrinya sudah kembali seperti dulu kala” Sahut Ibu sembari
mengelus rambutku.
Aku pun langsung memeluk Ibu dan mengucapkan
:
“Maafin Shinta yah Bu”
“Iya nak, Ibu udah maafin kamu dari
dulu-dulu koq” Sahut ibu melegakan.
Malam itu aku pun mulai mengetik makalah laporan untuk memperingati Tahun
Baru Hijriah di tahun ini, semua ide kutuangkan. Sengaja aku tak memberi tau
Ocha atas perubahan fikiranku untuk ikut andil dalam acara ini. Biar jadi
kejutan gitu ! hhee
Keesokan harinya, Ocha pun siap
ingin memberi tau Pak Aldo mengenai pembatalan acara tahun baru hijriah di Sekolah.
Perlahan kuikuti.
“Pak sebelumnya kami dari pihak Osis
ingin menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya, karena kemungkinan besar
Acara tahun Baru Hijriah tahun ini akan dibaba..talkan karena kelalaian dari
pihak Osis” jawab Ocha gugup
“Ocha mau kasih kejutan tuh Pak,
laporannya udah selesai koq. Didalemnya udah lengkap semua susunan acaranya, dan
mohon doanya agar pihak Osis dapat bekerja sama tanpa hambatan” Sahutku
tiba-tiba dari belakang.
“Ocha..Ochaa” sahut Pak Aldo sembari
menggeleng.
“Makasih ya Shinta, Bapak percaya
sama kamu dan yang lainnya”
Ocha pun langsung mencubitku, ia
benar-benar kesal terhadapku. Tetapi ia juga bersyukur karena aku telah berubah
fikiran dan bisa kembali seperti dulu lagi.
Dengan sigap kami pun menyebar semua pengumuman disetiap kelas, dan alhasil
antusias siswa pun sangat bagus. Banyak sekali dari mereka yang mendaftarkan
diri untuk mengikuti berbagai lomba yang akan dilakasanakan esok lusa.
Kinerja kami
benar-benar dipertaruhkan.
Hari yang ditunggu pun tiba, semua anak khususnya pada hari itu diwajibkan untuk
memakai baju busana muslim dan wajib membawa Al-qur’an.
Pagi itu suara bacaan kitab Al-qur’an berkumandang disetiap penjuru kelas.
Begitu sangat tenang saat mendengarnya. Lalu dilanjutkan dengan membaca surat
Yassin dan juga ayat-ayat pendek lainnya.
Setelah doa penutup semua siswa diharapkan untuk berkumpul di Aula sekolah
untuk mengikuti Ceramah agama, setelah selesai acara terakhir yaitu
melaksanakan berbagai Lomba. Ada lomba Busana Muslim, Tadarus Al-qur’an, lomba
Mengumandangkan Adzan, Kaligrafi, dan juga Tilawatil Qur’an.
Setelah acara selesai, Kepala
sekolah pun menghampiri kami. Dan beliau memuji atas kinerja kami. Sungguh
bahagia atas pujian tersebut.
Sesampai dirumah aku pun menceritakan semuanya terhadap ibu, dan ibu
tersenyum bangga atas apa yang telah aku perbuat hari ini.
Ibu pun menyuruh ku untuk bersiap-siap karena malam ini masjid di dekat
rumah juga akan mengadakan ceramah, guna memperingati tahun Baru Hijriah.
Agak sedikit ragu kulangkahkan kaki
ku untuk bersiap-siap, kukenakan baju putih panjang serta jilbab panjang yang
menjuntai. Dengan mukena di tangan, aku dan Ibu pun pergi ke Masjid terdekat.
Sedikit terlintas akan kenangan tiga tahun silam. Tapi aku langsung segera
menepisnya.
(Sesampai Di
Masjid)
Ceramah itu benar-benar membuat
hatiku terenyuh, bahwa kita sebagaimana manusia. Seharusnya jangan hanya ikut
beramai-ramai merayakan Tahun Baru Masehi, jangan hanya Tahun Baru Masehi yang
disambut dengan sukacita. Tetapi juga memperingati tahun Baru Hijriah dengan
hati,sifat,dan sikap yang lebih baik lagi, serta meningkatkan keimanan kita ke
tingkatan iman setinggi-tingginya.
Akhirnya dapat kita simpulkan dari ceramah ini
bahwasannya :
Sebagai umat
muslim yang taat dengan ajaran tuhannya, hendaklah kita menyambut Tahun Baru Hijriah
ini dengan berbuat dan memperbaiki amalan-amalan kita ditahun lalu.
Dan hendaklah menyambut tahun baru ini dengan tidak
seperti non muslim merayakan Tahun Baru Miladiyahnya.
Hidup manusia
semakin hari semakin berkurang, maka layaknya manusia yang taat pada tuhannya
haruslah ia mempergunakan kesempatan hidupnya didunia ini dengan sebaik
mungkin. Karna memang ajal manusia rahasia tuhan, dan jarum jam tidak akan
pernah berbalik arah sudah sepantasnya manusia itu memperbaiki dirinya.
Wallahu A'lam
Terdengar suara penceramah yang mengakhiri ceramahnya di malam Tahun Baru
Hijriah di tahun ini.
Setelah selesai aku pun mencium
tangan ibu, sebagai tanda baktiku terhadap beliau yang telah merawatku hingga
sekarang.
Malam itu benar-benar merasa lelah tetapi terasa indah.
Sebelum beranjak tidur kuputuskan untuk menyapa bintang terlebih dahulu.
Bintang ...
aku sangat bahagia
hari ini,
karena aku bisa
memetik pelajaran yang berharga dalam hidupku.
Tuhan...
Jagain ayah diatas
sana yah, Shinta sayang sama ayah.
Maafin Shinta untuk
selama ini yah Ayah.
Tetap lah tenang
disana.
Putrimu akan selalu
membuatmu bangga disini.
Salam rindu untukmu
MY SUPERHERO :’)
Tampak satu bintang
yang bersinar terang seakan bahagia diatas sana.
Kututup jendela,
dan juga kedua mataku secara perlaahan.
Dengan tak sadar
aku telah sampai di alam bawah sadarku.
Tampak terlintas
bayangan ayah yang mengacungkan jempol terhadapku.
Dan aku pun hanya dapat
membalas dengan sebuah senyuman.
J THE END J
eciee...yang dpt juara 1 :)d
ReplyDeletekeep writing ! :D