Terima Kasih Telah Berkunjung di Blog Vinna Patriana Salam Literasi Diagonal Select - Hello Kitty 2

Sunday, November 25, 2012

Hikmah Hijriah Nan Indah






alhamdulillah cerpen ini dapet juara 1 lomba membuat cerpen antar kelas :)
thx GOD :*




By : Vinna Patriana




Selalu kau ajarkan aku dengan suka citamu.
Tanpa pernah mengeluh,
Kau berikan aku kasih sayang terhebatmu.
Semua kau sampaikan dengan penuh kasih.
Hingga sampai di relung hati.
Tenanglah disana.
Karena aku disini akan selalu mendoakanmu lelaki terhebatku !


            Setelah menuliskan satu bait puisi itu, tak sadar air mataku pun telah menetes. Aku rindu akan sosok ayahku. Tiga tahun silam, beliau meninggal karena kecelakaan.Terpikir sejenak akan peristiwa itu, saat itu aku masih berusia 14 tahun. Aku, ibu serta ayah malam itu berniat datang ke Masjid untuk memperingati Tahun Baru Hijriah di Masjid Al-Munawarah.

            Hatiku sangat riang, dengan berlari-lari kecil sembari tertawa aku berbicara kepada Ayah.

            “Yah, Shinta senang sekali malam ini, karena bisa ke masjid bareng ibu dan ayah, biasanya kan ayah dan ibu selalu sibuk” Ucapku senang

            “Iya Shinta, Ayah ingin mengajarkan kepada putri ayah, bahwa kita jangan hanya merayakan Tahun Baru Masehi, tapi kita juga harus memperingati Tahun Baru Hijriah” Kata ayah bijak.

            “Makasih Ayah, besok Shinta bakalan cerita sama temen-temen. Kalo Shinta malam ini memperingati Tahun Baru Hijriah bareng Ayah dan Ibu” Ucapku sembari tersenyum

            “Gak boleh gitu ah, itu namanya Sombong !” Sahut ibu kemudian

            “Biarin !!” Sahutku riang

Kemudian aku pun lanjut berlari –lari, karena sudah tak sabar ingin cepat sampai di Masjid. Akan tetapi tiba-tiba dihadapanku sudah ada sebuah truk yang hampir menabrak tubuhku.

Aku mematung, dan hanya bisa melihat sinar cahaya lampu mobil dan juga mendengar
Suara decitan sebuah rem.

            “SSHhhhiinnNNNtaa .....” pekik seseorang

Tanpa sadar tubuhku terpental jauh, dan aku pun tak sadarkan diri.

            Setelah beberapa jam di ruang ICU, aku pun baru tersadar. Perlahan ku buka mata, terlihat wajah Ibu yang begitu lusuh dengan mata yang sembab. Disana aku mencari sosok ayah, tetapi aku tak berhasil menemukannya.

            “Mungkin Ayah sedang menebus obat” Kataku dalam hati.

            Kata dokter aku hanya mengalami luka-luka ringan, dan besok pun aku sudah diperbolehkan untuk pulang.

            Aku tersenyum lebar mendengar kata-kata itu, tapi aku sedikit kesal mengingat kejadian tadi, gara-gara itu aku gak jadi memperingati Tahun Baru Hijriah bareng Ibu dan Ayah.

“Padahal momentnya kan langka !!”Gerutuku

“Huufftt ...”  Aku hanya bisa menghela nafas.

(Keesokan harinya ...)

            Aku bingung dibuat akan keramaian orang-orang yang berdatangan ke rumahku. Aku kan Cuma kecelakaan kecil, koq banyak banget yah yang jengukin ??

Saat aku tanya ke ibu, ibu hanya menggeleng kecil.

            Perlahan aku masuk ke ruang tengah, kudapati ada sebuah keranda yang melintang di rumahku. Aku pun mulai panik, dan ngeri. Perlahan aku pun berlari kesudut ruang tamu dan terdiam sembari mengingat kejadian semalam.

            Yang aku ingat Ayah menarik tanganku, dan aku pun langsung terpental jauh. Tapi bagaimana dengan Ayah ?

            Kudekati Ibu yang sedang mematung..

            “Bu, Shinta mau ketemu Ayah? Ayah dimana?” Tanyaku terisak

            Ibu hanya terdiam dan menangis.

            “Bu, Ayah lagi beli obat Shinta yah? Kok lama banget ?

            Ibu pun masih terdiam

            “Ibu jaja...wab Shinta !! Ayah mana bu...” Teriakku hingga menangis.

            “Didepan kamu.... itulah Ayah Nak ” jawab ibu perlahan.

            “IBU BOHOOONG !! Ayah masih hidup, gak mungkin Ayah meninggal”

            “Ibu gak bohong Nak, jenazah didepanmu itu adalah Ayahmu” Jawab Ibu sembari memelukku.

Tangisku pun pecah sejadi-jadinya, membuat semua orang begitu terlihat miris.

           
Seketika lamunanku pun terpecah saat ibu memanggilku dari bawah.


            “Shinta, didepan ada temen kamu tuh, hayo samperin dulu ” Kata ibu

            “Oh iya Bu” Sahutku meng-iyakan


            “Shin, pak Aldo minta laporan tuh buat acara tahun baru hijriah disekolah kita, gimana nih?” Tanya Ocha bingung

            “Kan aku udah nunjuk kamu buat ngurusin semuanya, dan aku udah lepas tangan dalam hal ini” Sahutku tegas

            “Tapi kan kamu ketua Osisnya, gak bisa dong kita ngambil keputusan sendiri” timpal Bayu.

            “Ah udahlah aku gak mau ngurusin tentang laporan itu, terserah deh mau dibuat atau gak tuh laporan” Ucapku kasar

            “Hayolah Shin, ntar acaranya dibatalin sama pak Aldo lagi” Sahut Ocha memelas

            “Itu malah bagus, sesuai dengan apa yang aku harepin” Tukasku cepat.

            “Yaudahlah ....” sahut mereka berbarengan

 Akhirnya merekapun pamit dengan muka yang lusuh.


(Keesokan harinya di Koridor Sekolah)        


            “Shinta mana laporan acara tentang Memperingati tahun Baru Hijriah tahun ini? Tinggal satu minggu lagi loh!” tanya pak Aldo menekankan.

            “Ada di Ocha Pak, ntar Shinta konfirmasi lagi sama Ocha lagi yah pak!” Ucapku sopan.

            “Yaudah usahakan secepatnya yah !” Tekan Pak Aldo

            “Oh iya pak” Jawabku sembari tersenyum kecut.


            “Laporan acara itu lagi, aku udah bener-bener bosen ngedengernya, aku benci tahun Baru Hijriah, dan aku gak akan pernah mau ikut memperingati, apalagi ikut andil ngurusin tuh acara.”  Gerutuku dalam hati

Gara-gara laporan itu mood ku pun jadi berantakan, alhasil semua pelajaran NOL BESAR.

           
(Sesampai Di rumah)

            “Shinta, kamu kenapa sih akhir-akhir ini jadi uring-uringan gitu” Tanya ibu heran

            “Shinta bosen Bu, gak dimana-mana semua orang tuh nyiapin acara buat memperingati Tahun Hijriah, Shinta kan gak suka!” Jawabku sesukanya.

            “Ini udah ke 4 kalinya kamu gak pernah ikut ngerayain Tahun Baru Hijriah, Ayah pasti sedih diatas sana” Jawab ibu menasihati.

            “Sekali gak tetep gak bu!” Jawabku keras

Ibu sudah kehabisan akal menasihatiku, pendirianku tetap kuat. Sampai kapanpun aku gak akan pernah mau ngerayain Tahun Baru Hijriah.

            Tiga hari lagi waktu yang diberikan oleh Pak Aldo, dan tampaknya laporan itu belum terselesaikan di tangan Ocha. Aku pun bernafas lega.

           
            “Shinta bantuin kita dong, ini emang tugas aku tapi biasanya kan kamu yang nyelesain semuanya. Aku ngaku deh aku orangnya gak kreatif” Tukas Ocha

            “Dalam hal ini, aku nyerah dan aku gak akan pernah mau ikut andil dalam acara ini sampai kapanpun.” Jawabanku masih seperti kemarin.

Sembari mengucapkan kata-kata itu, aku pun bergegas pergi meninggalkan mereka.


            Malam harinya mereka datang lagi kerumahku, untuk meminta bantuan kembali, dan aku pun sudah lelah memberi tau akan hal itu. Kuputuskan malam itu untuk tidak mau menemui mereka. Alhasil mereka bercerita panjang lebar terhadap ibu mengenai laporan itu.

            Ibu pun mulai bercerita sebabnya aku gak mau bantuin mereka, karena ibu tau kalo aku bener-bener benci yang namanya Tahun Baru Hijriah. Dimana malam itu semua karena kesalahan aku, nyawa Ayahku terenggut, dan karena ingin memperingati Tahun Baru Hijriah aku kehilangan sosok laki-laki yang aku sayangi seumur hidupku. Saat itu aku gak bisa maafin diri aku sendiri, dan aku juga memutuskan untuk tidak pernah ikut lagi memperingati Tahun Baru Hijriah sampai kapanpun juga. Karena itu sudah menjadi tekad bulat ku.

            Setelah mereka mengetahui itu semua, mereka memutuskan tidak akan meminta bantuan kepadaku lagi, dan juga besok mereka memutuskan untuk bicara ke Pak Aldo kalo acara Tahun Baru Hijriah tahun ini tidak dapat diadakan karena kelalaian dari pihak OSIS.


            Aku pun tersenyum puas saat mendengar cerita Ibu, tapi beda halnya dengan ibu. Ibu menangis sambil berbicara terhadapku.

            “Allah pasti menghukum Ibu dan Ayah dengan berat, karena Ibu dan Ayah tidak berhasil mendidik putrinya sesuai dengan ajaran agama. Ibu harus melakukan apa nak supaya kamu berubah seperti dulu? “ Ucap Ibu lirih

            Ibu pun terdiam sejenak, dan dada ku pun terasa sesak saat ibu berkata seperti itu.

            “Biarkan itu menjadi masa lalu kamu yang kelam Nak, tak sepantasnya kamu menyalahkan apa yang telah terjadi di malam tahun Baru Hijriah. Itu semua takdir Tuhan, dan tugas kita hanya menerima dan sabar. Bukan malah membenci” Lanjut ibu

            “Ibu gak tau rasanya jadi Shinta, gara-gara Shinta, ayah pergi meninggalkan kita selama-lamanya” Aku menjawab pelan

            “Ayah pasti sedih melihat putri kecil nya yang mempunyai sifat pembenci seperti ini! Ayah pasti kecewa diatas sana” tekan ibu

            “Stop Bu ! Shinta gak mau ayah kecewa. Shinta sayang sama ayah”

            “Kenapa semua orang gak bisa nerima keputusan Shinta ? Shinta belum sempat merasakan yang namanya merayakan Tahun Baru Hijriah bersama Ayah. Tapi kenapa Ayah sudah dipanggil duluan Bu?

            “Shinta iri sama temen-temen Shinta, mereka semua merayakannya dengan keadaan keluarga yang lengkap, gak kayak kita” Jawabku sembari menangis.

           
Hening ... tak ada satu katapun yang terucap, hanya terdengar suara isak tangis anatara aku dan ibu.

“Aku sudah kehilangan Ayah, dan sekarang aku Cuma punya Ibu, aku gak mau buat Ibu kecewa. Tappiiii Haruskah kebencian itu berakhir ?” Pikirku sejenak


            “Shinta ma..mau berubah Bu, demi Ayah dan Ibu” Lanjutku penuh keyakinan sembari menghela nafas.

            Tampak raut muka Ibu yang tersenyum senang
            “Ayah pasti lagi tersenyum diatas sana, melihat putrinya sudah kembali seperti dulu kala” Sahut Ibu sembari mengelus rambutku.

            Aku pun langsung memeluk Ibu dan mengucapkan :

            “Maafin Shinta yah Bu”
           
            “Iya nak, Ibu udah maafin kamu dari dulu-dulu koq” Sahut ibu melegakan.


Malam itu aku pun mulai mengetik makalah laporan untuk memperingati Tahun Baru Hijriah di tahun ini, semua ide kutuangkan. Sengaja aku tak memberi tau Ocha atas perubahan fikiranku untuk ikut andil dalam acara ini. Biar jadi kejutan gitu ! hhee


            Keesokan harinya, Ocha pun siap ingin memberi tau Pak Aldo mengenai pembatalan acara tahun baru hijriah di Sekolah.
Perlahan kuikuti.

            “Pak sebelumnya kami dari pihak Osis ingin menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya, karena kemungkinan besar Acara tahun Baru Hijriah tahun ini akan dibaba..talkan karena kelalaian dari pihak Osis” jawab Ocha gugup

            “Ocha mau kasih kejutan tuh Pak, laporannya udah selesai koq. Didalemnya udah lengkap semua susunan acaranya, dan mohon doanya agar pihak Osis dapat bekerja sama tanpa hambatan” Sahutku tiba-tiba dari belakang.

            “Ocha..Ochaa” sahut Pak Aldo sembari menggeleng.

            “Makasih ya Shinta, Bapak percaya sama kamu dan yang lainnya”

           
            Ocha pun langsung mencubitku, ia benar-benar kesal terhadapku. Tetapi ia juga bersyukur karena aku telah berubah fikiran dan bisa kembali seperti dulu lagi.

           
Dengan sigap kami pun menyebar semua pengumuman disetiap kelas, dan alhasil antusias siswa pun sangat bagus. Banyak sekali dari mereka yang mendaftarkan diri untuk mengikuti berbagai lomba yang akan dilakasanakan esok lusa.
Kinerja kami benar-benar dipertaruhkan.

Hari yang ditunggu pun tiba, semua anak khususnya pada hari itu diwajibkan untuk memakai baju busana muslim dan wajib membawa Al-qur’an.

Pagi itu suara bacaan kitab Al-qur’an berkumandang disetiap penjuru kelas. Begitu sangat tenang saat mendengarnya. Lalu dilanjutkan dengan membaca surat Yassin dan juga ayat-ayat pendek lainnya.

Setelah doa penutup semua siswa diharapkan untuk berkumpul di Aula sekolah untuk mengikuti Ceramah agama, setelah selesai acara terakhir yaitu melaksanakan berbagai Lomba. Ada lomba Busana Muslim, Tadarus Al-qur’an, lomba Mengumandangkan Adzan, Kaligrafi, dan juga Tilawatil Qur’an.

            Setelah acara selesai, Kepala sekolah pun menghampiri kami. Dan beliau memuji atas kinerja kami. Sungguh bahagia atas pujian tersebut.


Sesampai dirumah aku pun menceritakan semuanya terhadap ibu, dan ibu tersenyum bangga atas apa yang telah aku perbuat hari ini.

Ibu pun menyuruh ku untuk bersiap-siap karena malam ini masjid di dekat rumah juga akan mengadakan ceramah, guna memperingati tahun Baru Hijriah.
            Agak sedikit ragu kulangkahkan kaki ku untuk bersiap-siap, kukenakan baju putih panjang serta jilbab panjang yang menjuntai. Dengan mukena di tangan, aku dan Ibu pun pergi ke Masjid terdekat. Sedikit terlintas akan kenangan tiga tahun silam. Tapi aku langsung segera menepisnya.

(Sesampai Di Masjid)

            Ceramah itu benar-benar membuat hatiku terenyuh, bahwa kita sebagaimana manusia. Seharusnya jangan hanya ikut beramai-ramai merayakan Tahun Baru Masehi, jangan hanya Tahun Baru Masehi yang disambut dengan sukacita. Tetapi juga memperingati tahun Baru Hijriah dengan hati,sifat,dan sikap yang lebih baik lagi, serta meningkatkan keimanan kita ke tingkatan iman setinggi-tingginya.

Akhirnya dapat kita simpulkan dari ceramah ini bahwasannya :
 Sebagai umat muslim yang taat dengan ajaran tuhannya, hendaklah kita menyambut Tahun Baru Hijriah ini dengan berbuat dan memperbaiki amalan-amalan kita ditahun lalu.
Dan hendaklah menyambut tahun baru ini dengan tidak seperti non muslim merayakan Tahun Baru Miladiyahnya.
 Hidup manusia semakin hari semakin berkurang, maka layaknya manusia yang taat pada tuhannya haruslah ia mempergunakan kesempatan hidupnya didunia ini dengan sebaik mungkin. Karna memang ajal manusia rahasia tuhan, dan jarum jam tidak akan pernah berbalik arah sudah sepantasnya manusia itu memperbaiki dirinya.
Wallahu A'lam
Terdengar suara penceramah yang mengakhiri ceramahnya di malam Tahun Baru Hijriah di tahun ini.

            Setelah selesai aku pun mencium tangan ibu, sebagai tanda baktiku terhadap beliau yang telah merawatku hingga sekarang.


Malam itu benar-benar merasa lelah tetapi terasa indah.
Sebelum beranjak tidur kuputuskan untuk menyapa bintang terlebih dahulu.


Bintang ...
aku sangat bahagia hari ini,
karena aku bisa memetik pelajaran yang berharga dalam hidupku.
Tuhan...
Jagain ayah diatas sana yah, Shinta sayang sama ayah.
Maafin Shinta untuk selama ini yah Ayah.
Tetap lah tenang disana.
Putrimu akan selalu membuatmu bangga disini.

Salam rindu untukmu MY SUPERHERO :’)

Tampak satu bintang yang bersinar terang seakan bahagia diatas sana.
Kututup jendela, dan juga kedua mataku secara perlaahan.
Dengan tak sadar aku telah sampai di alam bawah sadarku.
Tampak terlintas bayangan ayah yang mengacungkan jempol terhadapku.
Dan aku pun hanya dapat membalas dengan sebuah senyuman.





J THE END J

           

1 comment: